Eksistensi Rumah Pelangi Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak dasar bagi kelompok lesbian gay biseksual transgender interseksual queer (LGBTIQ) di Kota Semarang

Main Author: Rezanti, Anggita Widya
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/13594/1/1706026052_ANGGITA%20WIDYA%20REZANTI_Skripsi%20lengkap.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/13594/
Daftar Isi:
  • Keberadaan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Interseksual dan Queer (LGBTIQ) di Indonesia masih menjadi perdebatan yang belum terselesaikan dikalangan masyarakat hingga saat ini. Pandangan mengenai kelompok dan komunitas LGBTIQ lekat dengan stigma negatif yang seringkali mengarah pada tindakan spontan berupa kekerasan dan diskriminasi. Peningkatan kasus diskriminasi dan kekerasan baik kekerasan fisik, non fisik, domestik maupun publik dialami kelompok LGBTIQ di Kota Semarang berdasarkan Sex Orientation, Gender Identity, Expression and Sex Characteristics (SOGIE-SC). Kelompok LGBTIQ dianggap berbeda oleh masyarakat, atas perlakuan buruk yang dialami kelompok tersebut di lingkungan sosial telah terjadi pelanggaran hak kebebasan, berkumpul dan perlindungan atas rasa aman seharusnya didapatkan sebagai sesama warga negara Indonesia. Penulis mengambil objek penelitian di Rumah Pelangi Indonesia yang merupakan salah satu komunitas aktif dan berkinerja mewadahi kelompok LGBTIQ di Kota Semarang dengan meneliti bagaimana eksistensi komunitas dalam memperjuangkan hak-hak dasar mulai dari pandangan lingkungan sosial, alasan individu LGBTIQ membentuk komunitas, membuat identitas dan berperan penuh bagi anggotanya dalam seluruh kegiatan seperti, edukasi, pelayanan dan pemberdayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi yang dilakukan pada pengurus dan anggota Rumah Pelangi Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial karya Peter L. Berger dan Thomas Luckmann untuk menganalisis data lapangan mengenai peran Rumah Pelangi Indonesia yang dimaknai anggotanya dalam mewadahi dan memperjuangkan hak-hak kelompok LGBTIQ di Kota Semarang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat tiga simpulan, pertama kelompok LGBTIQ di lingkungannya kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dan kekerasan yang membuat trauma sehingga cenderung menutup diri kekhawatiran tidak diterima oleh masyarakat. Kondisi tersebut memperpuruk seseorang, membatasi mereka dalam mengembangkan kapasitas apabila tidak tergabung dalam komunitas. Kedua, kekerasan dan diskriminasi yang dialami minoritas seksual di Semarang Rumah Pelangi Indonesia berperan mewujudkan inklusifitas bagi anggotanya, menciptakan ruang aman bagi korban diskriminasi dan kekerasan serta mendorong anggota ikut serta dalam seluruh kegiatan komunitas seperti, edukasi, gathering, pelatihan, pelayanan kesehatan dan webinar untuk mendapat informasi, mengasah nalar kritis dan wawasan lebih luas mendapatkan hal-hal positif sehingga berperan aktif di lingkungan sosial, berdaya dan memaknai hidupnya. Ketiga, RPI memiliki tim advokasi bertujuan mendampingi korban kekerasan berbasis SOGIE-SC. Namun demikian, peran dan eksistensi yang ditunjukan Rumah Pelangi Indonesia di masyarakat masih saja ada beberapa individu yang menolak dengan stigma buruk mengenai penyimpangan seksual sebagai tantangan komunitas. Kata Kunci: Kelompok LGBTIQ; Rumah Pelangi Indonesia; Peran; Eksistensi