Makna muslim dan kafir menurut Farid Esack serta implikasinya terhadap kerukunan umat beragama di Indonesia

Main Author: Robiah, Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12224/1/SKRIPSI__1504026099_DEWI_ROBIAH.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12224/
Daftar Isi:
  • Problem perjumpaan Islam dengan agama-agama yang mendahuluinya menuai berbagai ekspresi, baik positif maupun negatif. Salah satu akibat dari pertemuan agama-agama adalah munculnya ketegangan dan konflik. Konflik tersebut disebabkan oleh sempitnya cara pandang seseorang atau dengan kebenarannya sendiri dan menganggap lainnya salah, fenomena yang terjadi dalam kemajemukan Indonesia akhir-akhir ini adalah pengkafiran. Anggapan ini dapat menghantarkan pada paham radikalisme. Kajian sosiologi agama dalam klaim-klaim kebenaran, sehingga satu agama menjadi ancaman bagi agama lain. Pandangan dan pemahaman sempit tersebut, dapat mengancam sebuah kerukunan umat dan keharmonisan antar umat beragama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), di mana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan yang ada kaitannya dengan pemikiran Farid Esack dan pemikiran para tokoh terkait makna lafal muslim dan kafir dalam al-Qur’an, dengan penggunaan metode pendekatan teks wacana, Critical Discourse Analysis Norman Fairclough. Menurut Esack, Islam adalah penyerahan diri manusia pada Tuhan secara total, dengan menanggung segala konsekuensi keberimanan itu. Sedangkan, Esack memberikan konsep kafir yang lebih luas. Bahwa kafir secara doktrinal berarti beda keyakinan; ada kafir secara sosio-politik; kafir dalam arti memerangi keadilan. Menurut Esack, ide awal tentang kekafiran seolah-olah dicampuradukkan dengan ketuhanan. Padahal pada hakikatnya orang kafir juga mengakui adanya Tuhan. Jadi sebenarnya, kafir adalah penindasan sebagai lawan atau kontradiksi dari keimanan yang diejawantahkan dalam kasih sayang, kedamaian, kebersamaan, dan kesejahteraan. Pemaknaan ulang terhadap makna muslim dan kafir yang dilakukan Esack, memberikan kontribusi dalam perjuangan yang bersifat praksis, menanggalkan kekakuan pemahaman, eklusifistik, ekskusifisme beragama dan keengganan untuk berjuang bersama. Bagi Esack menggiring pemahaman kaum Afrika Selatan dalam melakukan pembebasan terhadap segala penindasan dan bersikap terbuka dalam bekerja sama melawan penindasan rezim yang lalim merupakan sebuah perjuangan dalam jalan Tuhan atas nama keadilan dan pemikirannya bisa memberikan implikasi yang signifikan terhadap kerukunan umat beragama, termasuk Indonesia.