Daftar Isi:
  • Dakwah merupakan suatu upaya untuk merealisasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan manusia. Langkah pertama dalam sebuah dakwah yaitu hadirnya orang-orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar. Kelompok inilah yang disebut subjek dakwah (da’i). Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, atau berbentuk lembaga. Selain itu unsur kedua terwujudnya suatu kegiatan dakwah yaitu adanya orang yang menjadi sasaran dakwah. kelompok atau orang inilah yang disebut dengan mad’u. Antara da’i dan mad’u terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang da’i dalam aktivitas dakwahnya harus terlebih dahulu memahami kondisi dan karakter mad’u. Begitu pula seorang mad’u harus memandang seorang da’i dari segi kredibilitas yang dimiliki oleh seorang da’i. Citra da’i yang dijadikan panutan adalah mereka yang memiliki ketokohan karena keulamaannya. Idealnya sikap seorang dai yang menjadi teladan ituah da’i yang memiliki kecakapan, kedewasaan, kejujuran, keberanian dan kepantasan. Namun Problematika yang sering muncul dalam pelaksanaan dakwah sekarang ini adanya mad’u yang memiliki tingkat pemahaman yang kurang terhadap karakteristik da’i yang harus dijadikan suri tauladan. Secara fenomenal di era serba praktis dan ekonomis ini muncul realitas baru yang menjadi warna tersendiri dalam dunia dakwah, yaitu da’i ngetren, popular, dan memiliki penggemar layaknya seorang aktor dan aktris yang manggung di dunia selebritas. Hal itulah yang menjadi pendorong minat mad’u untuk mengikuti kegiatan dakwah. Semakin tinggi popularitas da’i akan akan semakin tinggi pula minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh. Oleh karena itu, dalam penelitian ini membahas ada tidakanya hubungan antara popularitas da’i dengan minat mad’u untuk mengikuti kegiatan dakwah khususnya yang berupa tabligh. Penelitian ini dilakukan di majelis taklim di desa Kluwut kecamatan Bulakamba kabupaten Brebes. Popularitas da’i adalah suatu nama ketenaran yang melekat pada diri seorang juru dakwah yang umumnya disenangi oleh khalayak atau mad’u. Sedangkan minat merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam seseorang sehingga seseorang merasa senang berkecimpung di dalam bidang tersebut. Popularitas da’i mampu menjadi pendorong minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Dengan populasi sebanyak 270 orang dari jumlah 9 majelis taklim yang ada di desa Kluwut kecamatan Bulakamba kebupaten Brebes. Sampel yang diambil sebanyak 68 orang dengan teknik sampel random samlpling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dan Spearman Browmn. Hasil penelitian tentang popularitas da’i dalam kegiatan tabligh di desa Kluwut termasuk dalam kategori cukup. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi 33 dengan prosentase sebesar 48%. Sedangkan untuk hasil penelitian tentang minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh di desa Kluwut tegolong dalam kategori cukup juga. Hal ini dibuktikan dengan perolehan frekuensi 27 dan prosentase 40%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah responden sebanyak 68 orang, besar nilai t adalah 1,6683. Sedangkan t hitung yang diperoleh dari analisis adalah 8,527. Dengan demikian t hitung > t tabel (8,527 > 1,6683), hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara popularitas da’i dengan minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh di majelis taklim desa Kluwut. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat kepopularitasan seorang da’i maka akan semakin tinggi pula minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh di majelis taklim desa Kluwut kecamatan Bulakamba kabupaten Brebes