Analisis penanggalan sunda dalam tinjauan astronomi
Daftar Isi:
- Penanggalan Sunda telah hilang selama 500 tahun dalam kehidupan masyarakat Sunda. Ali Sastramidjaja kemudian melakukan penelitian tentang penanggalan Sunda mulai tahun 1980-1990 yang menghasilkan buku Kalangider, sehingga ia disebut orang yang menemukan kembali (refinding) penanggalan Sunda. Sejak saat itu, penanggalan Sunda diperkenalkan kepada masyarakat. Walaupun sudah dipopulerkan kembali oleh Ali Sastramidjaja, namun penanggalan Sunda sampai sekarang masih terasa asing bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat. Ali Sastramidjaja berkeyakinan bahwa penanggalan Sunda merupakan penanggalan yang paling akurat serta konsisten dibandingkan penanggalan-penanggalan yang lain seperti masehi maupun hijriah. Statement Ali Sastramidjaja mengenai akurasi serta konsistensi penanggalan Sunda tentu perlu sebuah pembuktian secara ilmiah. Proses pembuktian statement Ali Sastramidjaja tentang penanggalan Sunda membutuhkan ilmu astronomi yang menjadi parameternya, karena suatu penanggalan selalu berhubungan dengan benda-benda langit yaitu Matahari dan Bulan. Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalahnya. Bagaimana sistem penanggalan Sunda dalam pandangan astronomi ? Bagaimana akurasi sistem penanggalan Sunda dalam perspektif astronomi ? Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan buku Kalangider karya Ali Sastramidjaja sebagai data primer. Adapun data sekundernya adalah berupa buku-buku, kalender Sunda, makalah serta semua tulisan yang berkaitan dengan penanggalan Sunda. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, dengan melihat penanggalan Sunda secara astronomi kemudian membandingkan antara penanggalan kala saka Sunda dengan masehi yang sama-sama menggunakan sistem solar serta penanggalan kala caka Sunda dengan hijriah yang sama-sama menggunakan sistem lunar. Penelitian ini menghasilkan bahwa, aturan tahun kabisat kala saka Sunda sama dengan aturan masehi sistem Julian, angka tahun yang habis dibagi 4 menjadi tahun kabisat, tetapi ada pengecualiannya yaitu tahun yang habis dibagi 128 tidak boleh kabisat walau habis dibagi 4. Perbedaan aturan tersebut akan menghasilkan perbedaan akurasinya dengan penanggalan masehi. Adapun aturan kala caka Sunda tidak memakai hilal dalam penentuan awal bulannya seperti hijriah, walaupun sama-sama memakai sistem lunar. Awal bulan caka Sunda menggunakan suklapaksa yaitu pada tanggal 7 atau 8 kamariah. Hal tersebut tidak menjadi masalah, karena kala caka Sunda menggunakan hisab urfi dalam perhitungannya. Aturan kala saka Sunda dengan menghilangkan satu tahun kabisat setiap 128 tahun menghasilkan penyimpangan hanya 0,0000125 hari/tahun atau penyimpangan 1 hari dalam 80.000 tahun. Adapun penanggalan masehi mempunyai selisih 0,0003 hari/tahun sehingga akurasinya adalah 3.334 tahun. Sedangkan kala caka Sunda dan penanggalan hijriah berbasis hisab urfi mempunyai selisih 0,0004133 hari/tahun, sehingga akurasinya adalah 2.420 tahun.