GATRA FISIOLOGIS DAN AGRONOMIS PENGARUH PENGENDALIAN KERACUNAN BESI PADI SAWAH DI LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM
Main Author: | , Izhar Khairullah |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Terbitan: |
[Yogyakarta] : Program Pascasarjana Fak. Pertanian Universitas G
, 2012
|
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/95268/ http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=3086 |
Daftar Isi:
- <p>Keracunan besi merupakan masalah utama dalam pengembangan padi di lahan rawa pasang surut sulfat masam. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan tiga penelitian pada Januari 2010 sampai Agustus 2011. Penelitian 1 di rumah kaca bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi Fe tanah terhadap Fe tanaman, pertumbuhan, dan hasil padi serta memilih varietas yang tahan, menghindar, dan tahan keracunan besi. Penelitian 2 di rumah kaca untuk mempelajari serapan Fe, karakter fisiologis dan agronomis akibat pemberian bahan organik serta menentukan aras optimum kompos jerami dan purun tikus dalam mengendalikan keracunan besi dan meningkatkan hasil padi. Penelitian 3 di sawah pasang surut sulfat masam untuk mempelajari pengaruh bahan amelioran dalam mengendalikan keracunan besi, meningkatkan proses fisiologis, pertumbuhan, dan hasil serta menentukan teknologi ameliorasi terbaik dalam mengendalikan keracunan besi dan meningkatkan hasil padi di lahan rawa pasang surut sulfat masam. Variabel pengamatan meliputi karakter fisiologis dan agronomis, pertumbuhan dan hasil, Fe tanah dan Fe tanaman, indeks bronzing daun, indeks ketahanan akar dan tajuk, dan gejala keracunan besi.<br /> Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi Fe tanah meningkatkan kadar Fe akar dan Fe daun Inpara-2 dan Inpara-1 (padi rawa) paling kecil, sedangkan IR64 (padi sawah beririgasi) paling besar. Penurunan pertumbuhan dan hasil gabah Inpara-1 paling kecil diikuti Inpara-2, sedangkan IR64 paling besar. Inpara-1 tergolong varietas tahan, Inpara-2 varietas menghindar, dan IR64 varietas rentan keracunan besi. Inpara-2 mampu menekan konsentrasi Fe di daerah perakaran, menyerap Fe dalam jumlah sedikit, proses fisiologis dan pertumbuhan baik, dan hasil per rumpun tinggi (19,56 g). Inpara-1 cukup mampu menekan konsentrasi Fe di daerah perakaran, menyerap Fe dalam jumlah banyak, proses fisiologis dan pertumbuhan baik, dan hasil tinggi (21,59 g). IR64 tidak mampu menekan konsentrasi Fe di daerah perakaran, menyerap Fe dalam jumlah banyak, proses fisiologis dan pertumbuhan kurang baik, dan hasil rendah (13,57 g). Aras optimum kompos purun tikus yang ditambahkan pada jerami 5 t ha-1 untuk mengendalikan keracunan besi dan meningkatkan hasil Inpara-1, Inpara-2, dan IR64 adalah 5,14 t ha-1, 5,29 t ha-1, 5,31 t ha-1. Bahan amelioran kompos aerob dan anaerob jerami dan purun tikus serta dolomit mampu menurunkan gejala keracunan besi, indeks bronzing daun, konsentrasi Fe tanah, kadar Fe akar, Fe batang, dan Fe daun, serta meningkatkan proses fisiologis, pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil Inpara-1, Inpara-2, dan IR64. Hasil gabah Inpara-1 (4,45 t ha-1) sebanding dengan Inpara-2 dan lebih tinggi 42,6% dibanding IR64 (3,12 t ha-1), tetapi IR64 lebih tanggap terhadap pemberian bahan amelioran tersebut dibanding Inpara-1 dan Inpara-2. Kompos aerob jerami 5 t ha- 1 dan purun tikus 5 t ha-1 merupakan teknologi ameliorasi terbaik dalam mengendalikan keracunan besi, meningkatkan proses fisiologis, pertumbuhan, dan hasil. Hasil gabah pada aras kombinasi tersebut sebesar 4,83 t ha-1 dan meningkat 73,7%, 34,5%, dan 16,4 % dibanding tanpa pemberian amelioran, pemberian kompos jerami dan purun tikus secara anaerob, dan pemberian dolomit 2 t ha-1.</p>