PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING SAPI POTONGPRODUKSI RANSUM LENGKAP (COMPLETE FEED) DAN SUPLEMENTASI UNDEGRADED PROTEIN UNTUK MENINGKATKAN

Main Author: , Bambang Suhartanto, Budi Prasetyo Widyobroto dan Ristianto Utomo
Format: Article NonPeerReviewed
Terbitan: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM , 2003
Online Access: https://repository.ugm.ac.id/92831/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=587
Daftar Isi:
  • Hasil sisa tanaman pangan seperti jerami padi, jerami jagung, pucuk tebu, ampas tebu, tongkol jagung sangat potensial sebagai sumber pakan berserat bagi ternak ruminansia. Kendala dari penggunaan sumber pakan berserat ini adalah kandungan nutrien dan kecernaannya yang rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar nutrien telah berpindah ke dalam produk utamanya yaitu biji dan tingkat lignifikasi yang lanjut. Suplementasi pakan sumber energi dan protein dengan pelepasan dalam rumen yang seimbang sangat diperlukan agar pemanfaatan pakan berserat tersebut dapat optimal. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh ransum lengkap (complete feed) yang berkualitas tinggi dan harganya murah karena menggunakan bahan baku lokal. Penelitian tahun kedua ini dilakukan untuk menguji ransum lengkap terpilih tahun pertama dalam bentuk pellet terhadap kecernaan nutrien secara in vivo, pertambahan berat badan sapi potong, dan sintesis protein mikroba. Terdapat perubahan susunan ransum lengkap yaitu limbah pertanian jerami padi diganti dengan tongkol jagung sebagai sumber serat, disebabkan ketidak tersediaan alat penggiling jerami padi (2mm). Bahan pakan yang terdiri dari tongkol jagung sebagai pakan basal sumber serat, dan bungkil kedelai, dedak halus, onggok, tepung gaplek, bungkil biji kapuk, bungkil kelapa, tetes (molasses), garam, mineral mix dan urea digunakan untuk menyusun ransum lengkap dengan kandungan energi 64 % TDN dan 12 % protein kasar serta mempertimbangkan keseimbangan degradasi sumber energi dan proteinnya. Ransum lengkap tersebut kemudian dibuat pellet di PT Inkud Satwa Nusantara sehingga menjadi pakan yang kompak. Ransum lengkap diberikan sebanyak 2,6 % dari berat badan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi sapi potong dengan perkiraan pertambahan berat badan harian 0,5-1,0 kg. Penelitian dilaksanakan menggunakan delapan ekor sapi Peranakan Ongole (PO) jantan, berat badan 232,40± 18,75 kg, umur sekitar 1,5 tahun, kemudian secara acak dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan masing-masing 4 ekor. Sapi pada kelompok I hanya diberikan ransum lengkap saja sedangkan kelompok II disamping mendapat ransum lengkap mendapat suplementasi bungkil kedelai formaldehide undegraded protein (UDP) sebanyak 5,88 gram per kg berat badan metabolik (berat badan kg0,75). Setelah melalui periode adaptasi 4 minggu, pertambahan berat badan dan konsumsi pakan diukur selama 12 minggu. Untuk mengukur kecernaan nutrien secara in vivo dilakukan koleksi feces selama 12 hari dengan metode koleksi total. Koleksi urine untuk memprediksi sintesis protein mikroba dilakukan pada hari ke 0, 6 dan 12 dari koleksi feses dengan metoda spot sampling. Pakan, sisa pakan dan feses dianalisis kadar bahan kering, bahan organik dan protein kasar menurut metode AOAC (1975), urine dianalisis derivat purine untuk mengasumsikan sintesis protein mikrobia diukur dengan metoda Yusiati et al., (2000). Data hasil pengukuran kenaikan berat badan, kecernaan nutrien, konversi pakan dan sintesis protein mikroba, antara kedua kelompok dibandingkan dengan analisis T -test. Konsumsi pakan harian kelompok II yang mendapat ransum lengkap dengan suplementasi UDP 6,373 kg/ekor lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pakan kelompok I yang hanya mendapat pakan lengkap saja yaitu 5,443 kg/ekor. Demikian pula jika dihitung berdasarkan berat badan dan berat badan metabolik (kg0,75), konsumsi kelompok II yaitu 24,77 g/kg berat badan dan 99,13 g/kg berat badan0,75 lebih tinggi dibandingkan kelompok I yaitu 22,07 g/kg dan 87,36 g/kg0,75 Rata-rata pertambahan berat badan harian dari pengukuran selama 4 minggu menunjukkan bahwa pada pakan perlakuan II dengan suplementasi UDP adalah 0,972 kg/ekor/hari cenderung lebih tinggi dibanding dengan perlakuan I yaitu 0,615 kg/ekor/hari. Konversi pakan kelompok II (6,08) sedikit lebih rendah dibanding dengan kelompok I (6,24). Laju pertambahan berat badan meningkat dengan cepat sampai minggu keempat pada kelompok I tanpa UDP sedangkan pada kelompok II dengan UDP sampai minggu kesembilan kemudian melambat. Dari penelitian tahun kedua ini dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa suplementasi bungkil kedelai terproteksi UDP ke dalam ransum lengkap akan meningkatkan konsumsi pakan, dan cenderung meningkatkan pertambahan berat badan harian dengan laju yang lebih cepat serta memperbaiki konversi pakan. Diperlukan adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan ransum lengkap dan pengaruh suplementasi UDP terhadap kualitas daging dan nilai ekonomisnya pada peternak langsung.