STUDI POTENSI GENETIK, PRODUKSI DAN REPRODUKSI SERTA BAHAN PAKAN LOKAL PADA ITIK TURI SEBAGAI ITIK PETELUR III: Produksi dan Reproduksi Itik Turi Bantul pada Sex Ratio dan Lama Waktu Kawin yang Berbeda

Main Author: , Tri Yuwanta, dkk.
Format: Article NonPeerReviewed
Terbitan: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM , 2000
Online Access: https://repository.ugm.ac.id/92334/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=118
Daftar Isi:
  • Di Indonesia banyak diketemukan itik lokal, satu diantaranya adalah itik Turi Bantul yang potensial untuk dikembangkan sebagai itik petelur. Itik Turi Bantul terdapat di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Diduga itik ini merupakan keturunan dari persilangan dari beberapa itik lokal maupun itik import sehingga diperoleh beraneka ragam nama itik. Dengan adanya seleksi yang dilakukan secara alamiah oleh peternak maka keanekaragaman bentuk itik dapat mencerminkan penampilan produksinya. Itik Turi mempunyai bentuk badan dan warna bulu berbeda dibanding itik lokal lain dan merupakan penghasil telur yang cukup baik, namun penanganan belum pernah dilakukan secara seksama. Pemeliha-raan itik Turi di daerah Turi Bantul dengan cara ekstensif dengan suplementasi pakan dengan bahan lokal serta sex ratio yang sangat bervariasi menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena variasi perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu kelompok sangat bervariasi dari 1:20 sampai 1:60. Pejantan dan betina selalu dicampur terus menerus sehingga tidak efisien dalam penggunaan pejantan, karena daya hidup sel sperma di saluran reproduksi pada itik 14 17 hari. Penelitian pada itik Tegal yang diberi pakan satu sampai 2 kali/hari dengan perbandingan jantan dan betina pada itik Tegal 1:10 tidak memberikan pengaruh terhadap penampilan produksi dan reproduksi dibanding dengan 1:6 atau 1:8 tetapi umur dewasa kelamin ditentukan oleh sex ratio. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui produksi dan reproduksi itik Turi Bantul yang dipelihara pada sex ratio (imbangan jantan betina) dan lama waktu perkawinan yang berbeda. Penelitian dilakukan di desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul dan di Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Peternakan UGM. Pada penelitian di laboratorium digunakan 144 ekor itik Turi terdiri dari 9 ekor jantan dan 135 ekor betina. Itik tersebut dibagi dalam tiga kelompok imbangan jantan betina yaitu 1:10, dan 1:15 serta 1:20. Setiap perlakuan diulangi 3 kali sebagai replikasi. Itik jantan dikumpulkan dengan betina dengan interval 2 hari, 3, 4, 5, 6 dan 7 hari/minggu. Telur diidentifikasi dan dikumpulkan kemudian ditetaskan. Perlakuan yang sama diaplikasi-kan di lapangan dengan menggunakan 6 peternak dengan pemilikan itik antara 60 120 ekor. Pakan yang diberikan pada, penelitian lapangan dan laboratorium sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fertilitas meningkat (P<0,05) oleh lama waktu perkawinan. Imbangan jantan betina 10 dan 15 pada penelitian laboratorium lebih baik dibanding imbangan 1:20 tetapi pada penelitian di lapangan terjadi sebaliknya. Daya tetas tidak dipengaruhi oleh sex ratio dan lama waktu perkawinan kecuali pada penelitian laboratorium lama waktu kawin menentukan daya tetas (P<0,05). Produksi telur, konsumsi pakan, kualitas telur yang meliputi berat telur, berat kuning telur, berat kerabang telur dan warna kuning telur tidak dipengaruhi oleh sex ratio dan lama waktu perkawinan baik pada penelitian di lapangan maupun di laboratorium. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sex ratio ideal pada itik Turi adalah 1:10 20 dengan lama waktu perkawinan lebih dari 4 hari/minggu mampu memberikan fertilitas dan daya tetas paling optimal.