MUKOSITIS PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENJALANI PROTOKOL KEMOTERAPI INDONESIA 2006 RESIKO TINGGI DAN STANDAR PADA FASE INDUKSI (Kajian di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta)
Main Author: | Perpustakaan UGM, i-lib |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Terbitan: |
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/28481/ http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=11544 |
Daftar Isi:
- Protokol perawatan pasien leukemia limfoblastik Akut di RSUP Dr. Sardjito menggunakan Protokol Kemoterapi Indonesia 2006 yang terdiri atas dua protokol yaitu resiko tinggi dan resiko sedang. Kedua protokol ini mempunyai fase awal yang sama yaitu fase induksi yang mempunyai tujuan merusak sel leukemia sebanyak mungkin. Salah satu efek samping dari kemoterapi adalah mukositis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kejadian mukositis dan derajat keparahan oral mukositis pada pasien yang menjalani protokol kemoterapi resiko standar dan tinggi serta untuk mengetahui lokasi mukositis berdasarkan jaringan keratin. . Penelitian ini menggunakan pendekatan metode cross-sectional. Subyek penelitian adalah 12 pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) usia 2-10 tahun yang menjalani kemoterapi fase induksi dengan protokol resiko standar dan resiko tinggi. Derajat keparahan oral mukositis dinilai berdasarkan kriteria modifikasi WHO dan OAG. Lokasi mukositis diperiksa dengan membagi berdasarkan jaringan keratinnya yaitu mukosa berkeratin dan tidak berkeratin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan angka kejadian mukositis pada pasien yang menjalani kemoterapi resiko standar dibandingkan dengan resiko tinggi. Derajat keparahan mukositis pada pasien yang menjalani kemoterapi resiko standar berbeda dengan pasien yang menjalani resiko tinggi. Mukositis lebih sering terjadi pada mukosa tidak berkeratin dibandingkan dengan mukosa berkeratin. Kesimpulan yang didapat yaitu angka kejadian mukositis pada kemoterapi resiko standar lebih sering dan lebih berat dibandingkan kemoterapi resiko tinggi.