Pengaruh Dominan Mistik Islam terhadap Kebatinan Jawa

Main Author: Mudjajadi, Mudjajadi
Format: Lainnya NonPeerReviewed application/pdf
Bahasa: eng
Terbitan: Fakultas Filsafat UGM , 1993
Subjects:
Online Access: https://repository.ugm.ac.id/278050/1/Mudjajadi_Pengaruh%20Dominan%20Mistik%20Islam%20terhadap%20Kebatinan%20Jawa_1993.pdf
https://repository.ugm.ac.id/278050/
Daftar Isi:
  • Salah satu cara membuktikan adanya Tuhan di dalam bahasan Filsafat Agama adalah melalui cara mistik. Berbeda dengan cara pembuktian yang rasional, mistik lebih bertumpu pada penghayatan pengalaman keagamaan yang bersifat batiniah. Karena wataknya yang sangat esoteris, lebih mementingkan tujuan daripada cara, serta kaya akan bahasa simbol dengan makna yang tersamarkan, menyebabkan kesulitan bagi orang awam, termasuk pula ahli-ahli agama yang terbiasa dengan bentuk-bentuk formal, untuk memahami maksudnya. Apalagi, jika menyangkut keterangan tentang fase gnostik yang merupakan tahap tertinggi di dalam penghayatan mistik. Akibatnya, muncullah sikap melecehkan terhadap faham-faham mistik; atau jika tidak demikian, menurunkan kadar kualitasnya menjadi semacam ajaran yang berciri sinkretisme. Disinyalir keadaan semacam ini mengenai pula pada kebatinan Jawa. Apakah kebatinan Jawa memang sungguh-sungguh merupakan hasil sinkretisme ataukah sekedar berjubah Islam dengan isis essensial Hindu dan Buddha, hal itu menjadi pokok masalah dalam penelitian ini. Berpijak pada asumsi bahwa kehadiran mistik terkait erat dengan agama-agama yang ada, maka dilakukanlah cara penelusuran historis terhadap pola-pola pokok mistik yang terkandung di dalam agama-agama yang masuk dan berkembang di Jawa yang dimulai dari agama Hindu-Jawa, Buddha, sampai kepada berkembangnya Islam. Ternyata melali cara ini, meskipun diketemukan bahwa fase gnostik terdapat di dalam ajaran ke tiga agama tersebut, penjelasan mengenai soal unio-mistika berbeda-beda. Pada agama Hindu-Jawa dan Buddha, unio-mistika cenderung lebih difahamkan sbagai lebur menjadi satu tanpa terpedakan. Hal ini beranjak pada konsep Tuhan yang absolut yang bebas dari segala hubungan sedangkan manusia merupakan buah dari emanasiNya. Di dalam gagasan mistik Islam, pola semacam ini hanyalah diketemukan pada Ibn Al Farabi. tokoh ini, ajarannya dianggap mempunyai pengaruh di dalam gagasan mistik Jawa, tetapi tidaklah cukup besar. Hasil temuan menunjukkan bahwa pengaruh yang besar justru berasal dari gagasan mistik Islam yang lebih ortodoks, dibanding misalnya dengan gagasan yang berasal dari Hindu-Jawa, Buddha maupun Ibn Al Farabi. Demikian pula, apa yang tampaknya berkesan sebagai hasil sinkretisme, ternyata lebih berkaitan dengan cara dan bukannya pada gagasan mistik yang paling dasar.