Laporan Kasus: Dermatofitosis dan Penanganannya pada Anjing German Shepherd
Main Authors: | Sidik, Deden Nur, Widyarini, Sitarina, Nururrozi, Alfarisa, Indarjulianto, Soedarmanto |
---|---|
Format: | Proceeding PeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/277643/1/3.9_Poster_Prosiding_Didiik.pdf https://repository.ugm.ac.id/277643/ |
Daftar Isi:
- Seekor anjing German Shepherd, betina, umur 11 tahun telah diperiksa pada tanggal 26 Mei 2016. Anjing sering menggaruk-garuk badan, gelisah, kondisi tubuh sangat kurus, berat badan 16 kg, ditemukan alopesia di area leher, punggung, gluteal dan inguinal. Pemeriksaan menggunakan Wood’s lamp menunjukkan adanya pendaran hijau di area alopesia. Hasil kultur fungi pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan uji mikroskopik Tape Strip Test dapat diidentifikasi Microsporum canis. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratoris anjing didiagnosis menderita dermatofitosis dengan prognosis fausta. Anjing diberi krim ketoconazole, injeksi diphenhidramin HCl 1 mg/kg BB, Biosan- TP 3 ml, dan Hematopan B12 3 ml, serta pemberian secara per oral Livron B-plex sebanyak satu tablet per hari selama 10 hari. Terapi berikutnya berupa lanjutan pemberian krim Ketoconazole dengan pemberian secara topikal satu kali sehari di pagi hari, kemudian anjing disarankan dijemur selama ±10 menit. Terapi suportif berupa injeksi Vitol-140 3 ml, 2 tablet Evigra 100 mg yang diberikan secara per oral satu kali sehari masing-masing sebanyak 1/3 tablet selama 6 hari, serta grooming antifungi menggunakan Virbac Poison Sebazole dua minggu setelah pemeriksaan pertama. Hasil pengobatan dan perawatan selama dua minggu menunjukkan area alopesia semakin menyempit, pendaran pada pemeriksaan menggunakan Wood’s lamp berkurang dan terjadi peningkatan berat badan anjing menjadi 20 kg. Kata kunci: anjing, dermatofitosis, ketoconazole, grooming