Pemodelan Spasial Koneksitas Kawasan Konservasi di Pulau Jawa Bagian Tengah
Main Authors: | Marhaento, Hero, Faida, Lies Rahayu Wijayanti |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/274472/1/Penelitian%20DPP%202012.pdf https://repository.ugm.ac.id/274472/ |
Daftar Isi:
- Pulau Jawa bagian tengah saat ini mengalami ancaman kepunahan keanekaragaman hayati yang disebabkan tingginya laju konversi lahan hutan menjadi non hutan. Keberadaan kawasan konservasi yang dikelola oleh BKSDA Yogyakarta dan BKSDA Jawa Tengah, ternyata belum mampu mendukung kelestarian keanekaragaman hayati karena dalam proses penunjukkannya belum berdasarkan pada konsep jaringan kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi koneksitas antar kawasan konservasi di Pulau Jawa bagian tengah, 2) Mengidentifikasi kawasan konservasi yang terisolasi dari kawasan konservasi lainnya di Pulau Jawa Bagian Tengah, dan 3) Menyusun strategi pembuatan koneksi antar kawasan konservasi di Pulau Jawa bagian tengah berdasarkan faktor yang paling berpengaruh Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan spasial dengan tools Least Cost Path menggunakan software ArcGIS 10.1. Unit kawasan knservasi yang dianalisis adalah adalah 37 kawasan konservasi terestris dari total 44 kawasan konservasi yang ada di wilayah penelitian. Dalam mengidentifikasi konektivitas dan keterisolasian antar kawasan konservasi, digunakan target spesies mamalia kecil. Koneksitas dan keterisolasian antar kawasan konservasi ditentukan berdasarkan keterhubungan antar pulau (patch) kawasan konservasi oleh jalur hijau dengan faktor pembatas pemilihan jalur adalah kondisi topografi. Kriteria jalur hijau yang mampu menjadi media koneksitas target spesies mamalia kecil adalah hutan, kebun campuran, tegalan, dan semak. Kriteria faktor pembatas pemilihan jalur adalah skor kelas kelerengan yang semakin tinggi tingkat kecuraman, semakin tinggi nilai pembatasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pulau Jawa Bagian Tengah terdapat 4 blok jaringan kawasan konservasi yang mampu mengkoneksikan 27 kawasan konservasi melalui kombinasi tutupan lahan hutan, tegalan, semak, dan kebun campuran. Blok 1 menghubungkan 19 kawasan konservasi, yaitu: CA Jatinegara, CA Comal/Bantarbolang, CA Guci, CA Telaga Ranjeng,CA Telogo Dringo, CA Telogo Sumurup, TWA Telogo Warno Pengilon, CA Peson Subah I, CA Kecubung U., CA Pringamba I, CA Pringamba II, CA Pantodomas, SM Sermo, CA Pagerwunung D., CA Gebugan, CA Sepakung, TN Gunung Merbabu, dan TN Gunung Merapi. Blok 2 menghubungkan antara CA Gunung Butak, TWA Sumber Semen, CA Cabak I/II, dan CA Bekutu. Blok 3 menghubungkan CA Keling II/III dengan CA Kembang. Blok 4 menghubungkan SM Paliyan dengan CA Imogiri. Terdapat 4 kawasan konservasi yang terisolasi dari kawasan konservasi lainnya, yaitu : TWA Gunung Selok, SM Gunung Tunggangan, CA Donoloyo, dan CA/TWA Gunung Gamping. Faktor yang paling berpengaruh dalam koneksitas antar kawasan konservasi adalah keberadaan penggunaan lahan kebun campuran. Strategi pembuatan koneksitas antar kawasan konservasi dilakukan dengan menambah jumlah dan luasan kebun campuran pada jalur-jalur yang berpotensi untuk menghubungkan kawasan konservasi yang terisolasi dengan jaringan kawasan konservasi yang lebih besar.