Kombinasi interferon alfa-2b dengan ribavirin untuk terapi penderita hepatitis C kronik yang naive
Main Author: | Perpustakaan UGM, i-lib |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Terbitan: |
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/22916/ http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=5842 |
Daftar Isi:
- Siti Nurdjanah - Kombinasi interferon affa-2b dengan ribavirin untuk terapi penderita hepatitis C krona yang naive Later belakang :Interferon (IFN) alfa-2b merupakan terapi standard untuk infeksi virus hepatitis C (HCV). Namun sustained virologic respons (SVR) yang akan dicapai tidak bisa bertahan pada follow up, kadangkadang hanya tinggal 10% - 20%. Pemberian kombinasi IFN bersama ribavirin (RBV) akan meningkatkan SVR dibanding pemberian IFN sebagai monoterapi. Tujuan: Mengetahui peningkatan angka kesembuhan penderita HCV kronik yang belum pernah mendapat pengobatan (naive patient) dibending pengobatan kombinasi IFN dengan RBV. Metode: Subjek penelitian adalah penderita hepatitis virus C naive umur antara 18 tahun sampai 65 tahun yang memenuhi syarat untuk inklusi penelitian. Diagnosis hepatitis virus C kronik didasarkan atas pemeriksaan klinis, fungsi hati, ultrasonografi, dengan HCV-RNA positif. Alanin transaminase (ALT) kadarnya antara 1,5 � 10 kali nilai betas normal. Penderita menandatangani persetujuan penelitian. Penelitian ini tefah mendapat ethical clearance dart Komisi Etik Penelitian Biomedis Pada Manusia, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Subyek penelitian diperoleh dengan cara konsekutif di Subbagian GastroenteroHepatologi Ilmu Penyakit Dalam RS Dr. Sardjito dart bulan Januari 2003 sampai September 2005. Penderita menerima IFN alfa-2b 3 MIU secara subkutan, tiga kali seminggu ditambah RBV (bila BB < 65kg: 800 mg perhari, bile BB > 05 kg : 1000 mg per hart terbagi dalam 2 dosis pagi dan sore. Efek samping subjektif maupun objektif dicatat menggunakan blanko pemantauan. Pemantauan dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24. Manfaat pengobatan dinifai adanya respon serologik. Persentase (%) complete response : SGPT dalam batas normal dan serum HCV-RNA negatif dalam 6 bulan terapi dan 6 bulan setelah terapi dihentikan. Persentase (%) incomplete response salah satu dart variabel respon terapi masih dalam keadaan tidak normal. Persentase (%) non responder : semua penderita selain yang complete dan incomplete response. Efek samping obat dihitung secara persentase. Hasil: Jumlah penderita HCV kronik naive yang mengikuti penelitian ada 16 orang, satu penderita dikeluarkan karena hipertiroid. Lima belas orang (3 wanita dan 12 laki-laki) sebagai subyek penelitian rerata usia 35,2 t 12,2 tahun. Hanya 13 orang yang menyelesaikan penelitian, dua orang hanya bisa menyelesaikan pengobatan berturut-turut pada minggu 12 dan minggu 20. Enam bulan pasca pengobatan 1 orang penderita tidak datang dan 1 orang lainnya tetap melanjutkan pengobatan sampai 48 minggu. Jadi hanya 11 orang yang dapat mengikuti penelitian hingga akhir (48 minggu). Complete response rate dicapai 9 (81,82%) orang, sedangkan 1 (99,09%) orang incomplete response dan 1 (9,09%) orang non responder. Efek samping obat, semua penderita mengeluh flu like syndrome, cepat lelah, nafsu makan menurun, badan nyeri, mudah emosi. Keluhan subjektif lain, sulit tidur (18,18%) batuk kronis (18.18%), sakit dada berdebardebar dan diare masing-masing 9,09%. Di samping itu semua penderita mengalami penurunan berat badan dan temperatur subfebril. Adanya hiperucemia 72.71%, hemolisis 36,36%, penurunan hemoglobin dan hipotiroid masing-masing 18,18%. Efek samping neutropenia dan leukopenia masing-masing 9,09%, namun semua penderita tidak ada penurunan trombosit. Simpulan: interferon alfa-2b (KaferonR1 konvensional kombinasi bersama RBV untuk terapi hepatitis HCV k.-unik naive meningkatkan SVR. Efek samping hematologis sedikit sekali. keywords: interferon, ribavirin, conventional, sustained virologi response, naive HCV patient, response, HCV-RNA