Penularan sekunder filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi nonperiodik pada penduduk asli Dayak di Kalimantan Timur
Main Author: | Perpustakaan UGM, i-lib |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Terbitan: |
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
, 1999
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/21049/ http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=3907 |
Daftar Isi:
- ABSTRACT Background: Nonperiodic or aperiodic form of Brugia malayi Lichtenstein was discovered and reported recently from East Kalimantan as a new subspecies by Sudjadi, in addition to the nocturnally periodic and subperiodic form, previously known as health problem in many rural areas in Indonesia. The Brugia type was found in high endemicity among Dayak indigenous people who were growing paddy rice by shifting cultivation method in the forest areas in Krayan village, Long Ikis district, Pasir regency. Objectives: To detect secondary transmissions, which so far known unusually happenned on filarial elephantiasis, in the highly endemic of Krayan village, when previous infections have already ceased by entering the chronic stage. Method: Krayan villagers suffering from elephantiasis during previous clinical examinations were recruited in the study. Blood samples (in an amount of 60 mm3) were taken from finger prick to examine the presence of microfilariae. Results: Amount of 17 elephantiasis cases of local inhabitants were examined. Most of them, ie 11 people or 64.7%, were found positif with microfilaremia, with the highest densities of 151 microfilariae per 60 mm3 blood. These unusual cases of secondary transmissions were not only closely related to the high endemicity of filariasis in that Krayan area, but the effective transmissions originated from wild animals in the forest as source of infections as well. Conclusion: The secondary transmissions of filariasis found among indigenous Dayak people in Krayan clearly supports the nonperiodic or aperiodic form of B. malayi filarial worm to be zoonotic or sylvanic. Key words: nonperiodic form of Brugia malayi - elephantiasis - microfilaremia - secondary transmissions -sylvanic filariasis Latar belakang: Bentuk nonperiodik atau aperiodik pada Brugia malayi Lichtenstein belum lama ini ditemukan Sudjadi sebagai cacing filaria tipe (subspesies) baru di Kalimantan Timur, di samping tipe lama periodik dart subperiodik nokturnal yang telah dikenal sebelumnya sebagai penyebab filariasis di daerah pedesaan di Indonesia. Tipe Brugia tersebut ditemukan dengan endemisitas yang sangat tinggi pada penduduk asli Dayak yang berladang berpindah dalam hutan di Krayan, kecamatan Long Ikis, kabupaten Pasir. Tujuan: Untuk mengetahui penularan sekunder atau penularan lanjutan, yang sejauh ini tidak biasa terjadi pada elefantiasis filarial, setelah infeksi lama berakhir karena telah memasuki fase kronis. Bahan dan cara: Penduduk Krayan yang menderita elefantiasis yang telah didapatkan sebelumnya. Dilakukan pemeriksaan darah tepi dari ujung jari (60mm3) untuk memeriksa adanya mikrofilaria. Hasil: Dari 17 penderita elefantiasis yang ditemukan kemudian diperiksa, ternyata pada sebagian besar penderita, yaitu 11 orang atau 64,7%, dapat ditemukan mikrofilaremia positif dengan kepadatan tertinggi 151 mikrofilaria per 60 mm darah. Kasus-kasus ini termasuk tidak lazim dan dapat dijumpai pada penderita filariasis di Krayan bukan hanya erat kaitannya dengan endemisitas setempat yang tinggi, tetapi juga dengan penularang yang sangat efektif. penularan efektif filariasis itu hanya mungkin terjadi bersumberkan terutama dari hewan liar dalam hutan sebagai hospes reservoir.