Efektivitas Pelatihan Keterampilan "Mainan Dan Cerita" Untuk Mengatasi Malu pada Anak
Main Author: | Perpustakaan UGM, i-lib |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Terbitan: |
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
, 1997
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/18277/ http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=1058 |
Daftar Isi:
- ABSTRAK Sigmund Freud berpendapat bahwa perkembangan anak usia lima tahun pertama sangat menentukan perkembangan selanjutnya. Rasa malu pada anak yang berlebihan bila tidak ditangani sejak dini akan menghambat kemampuan berekspresi anak sehingga berakibat terganggunya penyesuaian diri dan sosialisasinya. Sejalan dengan Freud, Adler (dalam Partosuwito, 1993) juga menekankan pentingnya perkembangan anak satu sampai lima tahun, karena pada masa tersebut akan terbentuk style of life. Inti rasa malu adalah rasa rendah diri yang mempunyai sebab kompleks. Sebab-sebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi dan faktor pencetus (Hallahan, 1988). Penelitian akan melihat sejauh mana efektivitas pelatihan "Mainan dan Cerita" yang mengacu pada modul untuk menurunkan rasa malu pada anak-anak usia 4-5 tahun. Ginnot (dalam Schaefer, dkk., 1991) menyatakan bahwa kemampuan anak berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata sangat terbatas, berkaitan dengan hal itu, mainan merupakan kata-kata bagi anak dan permainan adalah bahasa simbolik untuk mengekspresikan diri. Penelitian terhadap bermain sebagai bentuk komunikasi alamiah dan bermanfaat bagi perkembangan anak semakin perlu. Pada dasarnya, mainan bermanfaat untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak, memenuhi kebutuhan emosi anak, mengembangkan kreativitas atau kemampuan bahasa anak, serta membantu proses sosialisasi anak. Selain itu, mainan juga bisa mengembangkan kepekaan diri, sikap jujur, dan sportivitas anak. Bercerita dengan menggunakan sesuatu yang disenangi anak akan memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan langsung dengan dirinya atau hal-hal lain yang sudah diketahuinya. Hal ini memungkinkan berkurangnya kecemasan pada anak, sehingga diharapkan rasa malunya dapat teratasi. Selanjutnya diharapkan timbul keberanian dalam diri anak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mampu mengekspresikan kemampuan dirinya secara optimal. Penelitian ini membuktikan bahwa pelatihan keterampilan "Mainan dan Cerita" efektif untuk menurunkan rasa malu pada anak