Studi Ekologi dan kandungan Merkuri Pada Pertambangan Emas Tradisional di Kecamatan Sekotong,Lombok Barat
Main Authors: | Sancayaningsih, Retno Peni, Soetarto, Endang Soetariningsih, Hadisusanto, Suwarno, Purnomo, Purnomo, Mulyati, Mulyati, Sembiring, Langkah, Sudibyo, Purnomo |
---|---|
Format: | Lainnya NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Fakultas Biologi UGM
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ugm.ac.id/135805/1/llaporan%20%20sekotong%201.pdf https://repository.ugm.ac.id/135805/ http://biologi.ugm.ac.id |
Daftar Isi:
- Studi mengenai kandungan merkuri di sekitar wilayah penambangan emas tradisional di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, merupakan kerjasama antara PT Indotan dengan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kegiatan studi ini didahului dengan survey awal pada tanggal 5 - 8 Juli 2009, untuk menentukan luasan daerah kajian, stasiun pengamatan, dan rencana cuplikan yang akan dianalisis kandungan merkurinya. Studi lapangan dilaksanakan pada tanggal 12 - 28 Oktober 2009 dengan menerjunkan 14 personil sebagai inumerator. Untuk menentukan potensi dampak merkuri terhadap berbagai ekosistem di sekitar wilayah penambangan emas di kecamatan Sekotong, Lombok Barat, maka kadar merkuri dianalisis dari cuplikan yang meliputi: a). cuplikan air dan sedimen di 6 sungai (Selodong, Blongas, Pelangan, Selindungan, Tawun, dan Tembowong-Gawah Pudak) masing-masing 3-5 stasiun; b). cuplikan air dan tanah quarry di dekat stasiun di 6 lokasi sungai tersebut, c). biodiversitas hewan (gastropoda dan ikan) maupun tumbuhan baik riparian maupun tumbuhan herba dominan di sekitar stasiun quarry, dan d). cuplikan air sumur yang berdekatan dengan quarry dan rumah penduduk serta rambut penduduk. Selain itu juga dilakukan analisis vegetasi di hutan lindung sebagai kontrol. Jumlah gelondong yang ditemukan di seluruh daerah penambangan emas tradisional di Kecamatan Sekotong adalah 1497 unit, dan 570 (38%) di antaranya membuang sebagian limbahnya ke sungai. Secara umum, jumlah gelondong, kuantitas larutan merkuri yang digunakan, frekuensi dan lama aktivitas penggelondongan akan berpengaruh terhadap kandungan merkuri di daerah quarry. Dampak lebih lanjut adalah penurunan kualitas perairan aliran sungai yang digunakan untuk membuang limbah. Komunitas vegetasi di kawasan hutan lindung menyimpan potensi tumbuhan langka yang memerlukan upaya penyelamatan dari kepunahan, di antaranya adalah : pohon Klutuk (Scapium macropodum), Timoho (Kleinhopia hospita), Keben (Planchonia careya), Randu alas (Salmalia malabarica) dan Kendal (Cordia gherhaf). Komunitas tumbuhan herba di sekitar quarry yang mampu bertahan hidup adalah asosiasi rumput-rumputan yaitu: Ischaemum muticum, Cyperus rotundus, Oplismenus sp., dan Kyllinga monocephala untuk daerah Pelangan-Selindungan, Tembowong-Gawah Pudak. Daerah Selodong lebih didominasi oleh rumput Isachne miliacea dan Cynodon dactylon yang berasosiasi dengan Borreria sp. (satu-satunya herba non rumput. Kandungan merkuri yang terdeteksi pada daun di 3 tumbuhan terpilih (Cyperus rotundus, Eupatorium inulifolium, dan Tectona grandis) di sekitar quarry telah tinggi, berkisar antara 0,5 sampai 9 kali lipat batas ambang yang diacu (NAB 0,3 ppm). Ada perbedaan yang sangat signifikan antara stasiun I dengan stasiun III (saat banyak ditemukan limbah tailling) dengan kenaikan nilai kadar merkuri pada daun baik di Pelangan-Selindungan (7 kali lipat), Tembowong –Gawah Pudak (8 sampai 169 kali lipat), Tawun (2 kali lipat), Blongas (4 sampai 41 kali lipat), maupun Selodong (38 sampai 45 kali lipat). Kandungan merkuri di lumpur quarry sudah sangat tinggi di beberapa dari 5 stasiun di 4 daerah kajian yaitu: PS, TGP, TWN dan SLD. Jika dibandingkan dengan NAB sedimen sebesar 2 ppm (Limbong), maka gambaran kadar merkuri di PS, TGP, TWN dan SLD berturut-turut adalah: 8 sampai 65 x NAB, 9 sampai 121 x NAB; 2 x NAB; dan 5 sampai 46 x NAB. Perembesan merkuri di sekitar quarry yang telah meluas sampai radius 2 m baik di permukaan maupun kedalaman 20 cm dijumpai di daerah Tembowong Gawah-Pudak, mencapai 9 sampai 99 kali NAB dan berkisar antara 2 sampai 15 kali NAB (2 ppm); serta 19 kali NAB di permukaan dan 20 kali NAB untuk kedalamanan dijumpai di quarry di sekitar Tawun. Sementara yang dijumpai perembesan terparah di 1m di sekitar quarry adalah di Pelangan-Selindungan (19 sampai 100 kali NAB), dan di daerah Tembowong Gawah-Pudak (30 sampai 47 kali NAB). Secara umum, kadar merkuri dalam air sungai sudah mencapai nilai ambang batas (NAB) yang disyaratkan WHO, yaitu 0,001 ppm. Pada Sungai Tembowong Gawah-Pudak, Selodong dan Pelangan masih 1 x NAB, Sungai Pelangan-Selindungan 3 x NAB, dan Sungai Blongas 6 x NAB. Ditinjau dari nilai oksigen terlarut dalam air (DO), maka secara keseluruhan kualitas air sungai sudah kritis, DO mendekati angka 4, di bawah angka tersebut perairan sungai dapat dikatakan tercemar berat (Miller, 1988). Kisaran nilai DO pada Sungai Pelangan-Selindungan (PS), Tembowong Gawah-Pudak (TGP), Tawun (TWN), dan Selodong (SLD) berturut-turut adalah: 3,47 sampai 4,70; 2,4 sampai 5,01; 4,11 sampai 5,13; dan 2,29 sampai 5,84. Kondisi parah terdapat pada stasiun 4 TGP dan stasiun 5 SLD. Di arah muara Sungai Blongas terindikasi ada penutupan pasir, yang dikhawatirkan akan meningkatkan pencemaran di stasiun tersebut. Perbaikan kualitas sungai baik melalui proses kimia maupun biologik tidak terlalu tinggi (kisaran nilai BOD 3,24 sampai 7,19; dan kisaran nilai COD adalah 6,99 sampai 14,29). Pola penyebaran kadar merkuri yang tertinggi di perairan sungai berada di kawasan tengah (Selodong di stasiun-3; Blongas di stasiun-2 dan Pelangan-Selindungan di stasiun-2). Terdapat 5 jenis ikan gelodok yang ditemukan di lokasi pengamatan, yaitu: Periopthalmus sp., Apocrytes sp., Baeophthalmus sp., Calamiana sp. dan salah satu jenis anggota sub famili Sicidiinae. Kemelimpahan individu ikan glodok pada masing – masing lokasi bervariasi, dan kemelimpahan tertinggi dari jenis Periopthalmus sp. Kadar merkuri tertinggi pada ikan gelodok yang terdapat di muara Sungai Blongas (2,071 ppm) dan kadar terendah di muara Sungai Selodong (0,004 ppm). Kadar merkuri di ikan gelodok dipengaruhi oleh tertutup atau terbukanya muara sungai. gastropoda Ada kecenderungan tingginya kadar merkuri di sedimen perairan sungai diikuti oleh tingginya kadar merkuri pada tubuh gastropoda. Kadar merkuri pada rambut responden anak-anak dan pelaku aktivitas penggelondongan cukup tinggi, sebagai akibat kurangnya pemahaman terhadap bahaya merkuri. Kadar merkuri rambut berupa kadar total, belum diketahui eksternal atau internal. Teramati adanya gejala awal yang diduga karena pencemaran merkuri, antara lain: gatal, perubahan morfologi kuku dan kulit, adanya luka di kulit, dan gejala pusing.