Daftar Isi:
  • Resistensi antibiotika merupakan masalah global yang sering terjadi, termasuk di Indonesia. Resistensi bakteri Infeksi Saluran Kemih terhadap antibiotika terjadi semakin banyak. Hal ini yang menyebabkan cepatnya perubahan peta resistensi penyebab ISK. Oleh karena itu perlu dipantau secara berkesinambungan peta kuman dan resistensi pada penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi. Dalam pelaksanaannya ketepatan diagnosis serta pemilihan antibiotika berdasarkan hasil uji resistensi sangat membantu efektifitas terapi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Moewardi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Isolat yang digunakan berupa isolat hasil uji kepekaan kuman pada pasien yang berkunjung atau dirawat di RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Maret 2014 serta isolat bakteri periode Agustus 2014. Jumlah isolat 64, isolasi dan identifikasi dilakukan sesuai standard laboratorium. Uji kepekaan menggunakan metode disc diffusion pada media agar Mueller Hinton. Hasil penelitian menunjukkan persentase isolasi kuman penderita ISK disebabkan oleh Gram negatif yaitu Escherichia coli (48,44%), kemudian Klebsiella pneumonia (17,19%), Acinetobacter baumanni (14,07%), Proteus mirabilis (6,25%), Pseudomonas aeruginosa (3,13%), Strenotrophomonas maltophilia (3,13%). Sedangkan untuk bakteri Gram positif yaitu Enterococcus faecalis (4,69%) dan Staphylococcus haemolyticus (3,13%). Bakteri yang paling banyak yaitu Escherichia coli (48,44%) dan telah resisten terhadap beberapa antibiotika, khususnya terhadap ampisilin (86,96%) dan ciprofloxacin (78,26%), diikuti golongan sefalosporin seperti cefepime (65,22%), ceftazidime (60,87%), cefazolin (65,22%) dan ceftriaxon (65,22%).