Hubungan Antara Persepsi Terhadap Lingkungan Sekolah Dengan Motivasi Belajar
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan motivasi belajar, sehingga penulis mengajukan hipotesis ”Ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan motivasi belajar”. Subjek dalam penelitian ini adalah SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, kelas VIII, yang berjumlah 6 kelas. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara semua kelompok dalam populasi diberi peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala persepsi terhadap lingkungan sekolah, dan (2) skala motivasi belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh korelasi antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan motivasi belajar (r) sebesar 0,426 dengan p= 0,000 dimana p < 0,01, hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan motivasi belajar. Artinya, semakin tinggi persepsi terhadap lingkungan sekolah maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa, dan sebaliknya, semakin rendah persepsi siswa terhadap lingkungan sekolah maka semakin rendah pula motivasi belajar siswa. Rerata empirik variable persepsi terhadap lingkungan sekolah sebesar 72,71 dengan rerata hipotetik sebesar 75. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang menggambarkan bahwa pada umumnya siswa mempunyai persepsi yang sedang terhadap lingkungan sekolah. Selanjutnya rerata empirik variabel motivasi belajar sebesar 84,67 dengan rerata hipotetik sebesar 72,5. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Peranan persepsi terhadap lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar (SE) sebesar 18,1% artinya masih terdapat 81,9% yang mempengaruhi motivasi belajar misalnya antara lain: kecemasan, rasa ingin tahu, locus of control, sikap, learned helpness, kooperatif