Daftar Isi:
  • Perkembangan industri sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia. Seiring dengan perkembangan industri tersebut terjadi pula peningkatan kebutuhan/produksi bahan baku dan bahan pembantu. Salah satunya adalah sektor industri kimia yang turut memegang peranan dalam memajukan perindustrian di Indonesia. Inovasi proses produksi maupun pembangunan pabrik baru bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk luar negeri dan menambah devisa negara sangat diperlukan, salah satunya adalah dengan pembangunan pabrik asam akrilat. Pabrik Asam Akrilat dengan proses oksidasi Propylene dengan kapasitas 28.000 ton per tahun direncanakan beroperasi selama 330 hari per tahun. Proses pembuatan Asam Akrilat dilakukan dalam reaktor Fixed bed multitube. Pada reaktor ini reaksi berlangsung pada fase gas, irreversible, eksotermis, non adiabatic, non isotermal pada suhu masuk 303C dan suhu keluar 313C dengan tekanan 3,3 atm. Pabrik ini digolongkan pabrik beresiko rendah karena kondisi operasinya yaitu pada tekanan 3,3 atm dan suhu 303C. Produk berupa Asam Akrilat sebanyak 3.535,3535 kg per jam. Kebutuhan Propylene sebanyak 2.400,3563 kg per jam. Pabrik Asam Akrilat ini menggunakan modal tetap sebesar Rp 422.888.895.954,21 dan modal kerja sebesar Rp 56.677.818.120,33. Dari analisis ekonomi terhadap pabrik ini menunjukkan keuntungan sebelum pajak Rp 186.631.158.109,04 per tahun setelah dipotong pajak 30% keuntungan mencapai Rp 130.641.810.676,33 per tahun. Percent Return On Investment (ROI) sebelum pajak 44,13% dan setelah pajak 30,89%. Pay Out Time (POT) sebelum pajak selama 1,847 tahun dan setelah pajak 2,445 tahun. Break Even Point (BEP) sebesar 42,36%, dan Shut Down Point (SDP) sebesar 23,07%. Discounted Cash Flow (DCF) terhitung sebesar 46,63%. Dari data analisis kelayakan ekonomi di atas disimpulkan, bahwa pabrik ini layak untuk didirikan.