HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME PADA IBU POST SECTIO CAESARIA
Main Author: | Gutira, Tia |
---|---|
Format: | Karya Ilmiah NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.ums.ac.id/12382/1/Halaman_Depan.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/2/BAB_I.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/3/BAB_II.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/4/BAB_III.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/5/BAB_IV.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/6/BAB_V.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/7/Daftar_Pustaka.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/8/LAMPIRAN.pdf http://eprints.ums.ac.id/12382/ |
Daftar Isi:
- Sebagian wanita yang melahirkan untuk pertama kalinya kadang-kadang mengalami baby blues. Salah satu faktor yang memengaruhi baby blues syndrome adalah dukungan keluarga, karena dukungan atau sikap positif dari keluarga akan memberi kekuatan tersendiri bagi ibu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria. Hipotesis yang diajukan ada hubungan negatif antara dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria. Subjek penelitian yaitu pasien rawat inap di RSIA Aisyiah Klaten, Jawa Tengah dengan karakteristik: ibu pasca persalinan post sectio caesaria selama 1–14 hari, ibu yang melahirkan anak pertama, dan ibu yang bersedia menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian sebanyak 32 orang. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan yaitu skala dukungan keluarga dan skala baby blues syndrome yang menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,436; p=0,13 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria. Hal ini berarti hipotesis yang peneliti ajukan diterima, semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah kejadian baby blues syndrome, begitu pula sebaliknya. Sumbangan efektif variabel dukungan keluarga terhadap kejadian baby blues syndrome sebesar 19%. Hal ini berarti masih terdapat 81% variabel lain yang memengaruhi kejadian baby blues syndrome. Secara prosentase diketahui ibu yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 15 orang (47%), dan yang tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 17 orang (53%). Berdasarkan perhitungan kategorisasi diketahui variabel dukungan keluarga mempunyai rerata empirik sebesar 80,97 dan rerata hipotetik sebesar 85. Menunjukkan dukungan keluarga yang diterima pada subjek penelitian tergolong sedang.