Daftar Isi:
  • Fokus permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah (i) bagaimanakah biografi Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad; (ii) bagaimanakah seputar tentang qasidah munajat; (iii) bagaimana uslub balaghah pada qasidah munajat. Tujuan pembahasan ini adalah (i) untuk mengetahui biografi Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad; (ii) untuk mengetahui seputar tentang qasidah munajat; (iii) untuk mengetahui uslub balaghah pada qasidah munajat. Metode pendekatan sastra yang digunakan dalam membahas permasalahan tersebut adalah pendekatan intrinsic, dengan teori stilistika (ilmu balaghah), yaitu mengenai uslub balaghah pada qasidah munajat dari segi maâ€TMani, bayan dan badiâ€TMnya yang terdiri atas 42 bait. Hasil temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad adalah seorang tokoh sufi sekaligus muballigh yang Alim dan Arifdengan hikmah dan kezuhudannya. Beliau banyak menulis doa – doa yang berbentuk Syi'ir, salah satunya adalah qasidah munajat. (2) Qasidah munajat adalah qasidah yang berisi doa dan rintihan seorang hamba pada pencipta-Nya Allah SWT agar diberi keselamatan dunia dan akherat. Qasidah ini merupakan qasidah yang sangat terkenal yang kaya akan unsur sastra dan balaghah. (3) Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad dalam menggambarkan qasidah munajat menggunakan uslub yang variatif, mulai dari uslub maâ€TMani, bayan sampai badiâ€TM. Ditinjau dari uslub ma'ani Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad menggunakan beraneka ragam uslub ma'ani, yaitu: a. Kalam khabar yang cenderung ibtidaâi dengan faedah idzharu al dlaâ€TMf wa al khusyuâ€TM, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 40, 41 dan 42. b. Kalam insyaâ€TM yang cenderung memakai nidaâ€TM dengan faedah tanzil al qarib manzilat al baâid isyarat af ala al ̃uluwwi martabatihi dan amar dengan faedah al duâ€TMaâ€TM wa al madh, sebagaimana pada bait ke 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 19, 21, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 37, 38 dan 39. c. Qashr yang cenderung memakai qashr bi al tadim bima haqqahu al taâ€TMkhir, sebagaimana pada bait ke 1, 6, 11, 21, 22 dan 26. d.Fashl dengan beraneka ragam mawadliâ€TMnya, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 39, 40, 41 dan 42. e. Washl yang cenderung memakai kamal al ittishal, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 7, 10, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 28, 29, 35, 36, 37, 38 dan 39. f. Ithnab yang cenderung memakai pengulangan li al taukid, sebagaimana pada bait ke 3, 5, 9 dan 13. Ditinjau dari uslub bayan Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad hanya menggunakan satu uslub saja, yaitu al majaz al lughawi berupa istiâ€TMarah. Adapun isti'ârahnya cenderung memakai istiâ€TMarah makniyyah, ashliyyah dan murassyahah, sebagaimana pada bait ke 22, 39 dan 40. Sedangkan ditinjau dari uslub badiâ€TM, Habib Abdullah bin Al Alawial Haddad menggunakan al muhassinat al lafdzi (keinahan lafadz) dan al muhassinat al maâ€TMnawi (keindahan maâ€TMna) sebagai berikut: a.Jinas yang cenderung memakai jinas naqish / ghairu al tam bisababi mukhtalifati fi nauâ€TM al harf au syakliha, sebagaimana pada bait ke 17, 18, 19, 21, 31, 37 dan 38. b.Sajak yang cenderung memakai Sajak al mutharraf dan Sajak al mutawazi, sebagaimana pada bait ke 1 sampai 42. c.Thibaq yang cenderung memakai thibaq al ijab, sebagaimana pada bait ke 26, 30 dan 42. Satu muqabalah yang menjelaskan dua sifat Allah yang berlawanan, yaitu al jud wa al fadl wa al birr dan al buthsy wa al qahr, sebagaimana pada bait ke 35 dan 36.