Konsep Ummatan Wasathan dalam Al-Quran (Kajian Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab)

Main Author: Makmun, Makmun
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2006
Subjects:
Online Access: http://digilib.uinsby.ac.id/30620/1/Makmun_F15212231..pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/30620/
https://www.facebook.com/makmun.gresik?epa=SEARCH_BOX
Daftar Isi:
  • Tesis ini adalah hasil penelitian tentang fenomena perjalanan bangsa indonesia yang faktanya tidak berjalan mulus, tantangan radikalisme yang mengarah pada sparatisme selalu muncul dipermukaan. Konflik antar suka dan ras tidak ujung berhenti, bahkan saking seriusnya hal ini pemerintah membentuk badan khsus selevel mentri untuk menanggulanginya yakni badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT). Untuk menjawab tantangan tersebut penulis berkepentingan untuk membut penelitian tentang bagaimana sesungguhnya kosep ummthan wasawhana khusus menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al Misbah dengan rumusan masalah, Bagaimana konsep ummatan wasathan menurut M. Quraish Shihab dalam karyanya tafsir al-Misbah? Bagaimana argumen-argumen M. Quraish Shihab dalam menafsirkan konsep ummatan wasathan? Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis mengumpulkan data melalui teknik telaah dokumen. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dan pola pikir induktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep ummatan wasathan menurut M. Quraish Shihab, dan argumen-argumen M. Quraish Shihab mengenai konsep ummatan wasathan dalam karyanya Tafsir al-Misbah. Kegunaan yang hendak dicapai dari penelitian ini secara terapan adalah dapat digunakan solusi ketika banyak perbedaan dan keberagaman di Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa pada mulanya kata wasath berarti segala sesuatu yang baik sesuai dengan objeknya. Sesuatu yang baik berada pada posisi dua ekstrim. Ia mencontohkan bahwa keberanian adalah pertengahan antara sikap ceroboh dan takut. Kedermawanan merupakan pertengahan antara boros dan kikir, kesucian merupakan pertengahan antara kedurhakann karena dorongan hawa nafsu yang menggebu dengan ketidakmampuan melakukan hubungan seksual (disfungsi seksual). Dengan demikian, masyarakat ideal menurut Al-Qur'an adalah masyarakat harmonis atau masyarakat yang berkeseimbangan. Barangkali inilah sisi lain dari konsep tentang ummatan wasathan. Jadi boleh dikatakan bahwa ciri keunggulan umat atau masyarakat yang diidealkan Al-Qur'an itu adalah sifatnya yang moderat dan berdiri di tengah-tengah bisa berdialog terbuka baik dalam urusan agama, budaya, suku dan ras. Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan saran bahwa Penelitian ini bisa dijadikan rujukan untuk mengatasi keberagaman yang ada di Indonesia, mulai dari perbedaan suku, agama, kebudayaan dan lain sebagainya. jika merujuk pada penelitian ini antar agama akan bisa menghargai satu sama lain.