تغييرات الوزن العروضي والقافية في الشعر "كان الفتح وانكشف الغطاء" لحسّان بن ثابت
Main Author: | Asroriyah, Siti Nurul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uinsby.ac.id/29586/3/Siti%20Nurul%20Asroriyah_A91215138.pdf http://digilib.uinsby.ac.id/29586/ |
Daftar Isi:
- Perubahan Wazan Irama dan Sajak Puisi “Pembukaan Kota Makkah, seiring dengan Takluknya Makkah dan Tersingkaplah Hijab Orang Kafir” Karya Hassan bin Tsabit. Fokus permasalahan dalam pembahasan ini adalah: 1) Wazan apa yang digunakan dalam syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” Karya Hassan bin Tsabit? 2) Bagaimana perubahan wazan ‘arudl dalam syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” Karya Hassan bin Tsabit? 3) Apa unsur-unsur qafiyah yang terkandung dalam syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” Karya Hassan bin Tsabit? Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui wazan ‘arudl dari berbagai perubahan dan qafiyah yang digunakan dalam syi’ir“Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” Karya Hassan bin Tsabit. Teori sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori objektif, yakni dengan meneliti syi’ir“Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” dari segi irama‘arudl (yaitu hasil pengulangan dari beberapa taf’ilah), perubahan yang berupa zihaf (kecepatan irama) dan ‘illat (kecacatan irama), dan qawafi (yaitu ujung kata yang ada di dalam bait syi’ir). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Adapun hasil penelitian dalam Perubahan Wazan ‘Arudl dan Qawafi pada Syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” Karya Hassan bin Tsabit menunjukkan bahwa: 1. Pada syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” menggunakan bahar wafir dengan wazan sebagai berikut: مُفاعَلَتُنْ مُفاعَلَتُنْ فَعولُنْ # مُفاعَلَتُنْ مُفاعَلَتُنْ فَعولُنْ 2. Perubahan wazan ‘arudl pada syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” terdapat zihaf mufrod yang berupa‘ashab (mematikan huruf ke-5 yang hidup) pada taf’ilah “mufa’alatun” menjadi “mufa’altun” dan mengikuti wazan “mafaa’ilun”. 3. Qafiyah yang digunakan dalam syi’ir “Kaana al-Fathu Wa Inkasyafa al-Ghitha’u” adalah sebagai berikut: 1. kalimat qafiyah yang terdapat pada satu kata terdapat pada bait yang ke: 6, dan yang terdapat pada sebagian kalimat ada dalam bait yang ke:1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32. 2. Huruf qafiyah diantaranya ada al-Rawi (huruf yang dijadikan dasar dan pedoman dalam kasidah) seluruh bait berakhiran dengan huruf hamzah, al-Washal (huruf mad meng-ishba’kan harokat rawi dan ha’ yang mendampimgi rawi) seluruh bait di ishba’kan dengan huruf wawu, al-Ridif (huruf mad yang terdapat sebelum Rawi) dalam hal ini seluruh bait huruf mad yang terdapat sebelum rawi adalah huruf alif 3. Harakat al-qafiyah diantaranya al-Majra (harakat rawi mutlak) yaitu berharakat dhommah, al-Hadzwu (harokatnya huruf sebelum ridif) yaitu berharakat fathah. 4. Anwa’ul qafiyah syi’ir“Kaana al-Fathu WaInkasyafa al-Ghitha’u” karya Hasan bin Tsabit termasuk qofiyah al-Muthlaqoh al-Mardufah. 5. ‘Uyubul qofiyah yang terdapat pada syi’ir“Kaana al-Fathu WaInkasyafa al-Ghitha’u” adalah al-itha’(mengulang-ngulang Rawi, baik dari segi lafalnya maupun dari segi artinya) yang terdapat pada bait 3 dan 4. 6. Nama qofiyah pada syi’ir“Kaana al-Fathu WaInkasyafa al-Ghitha’u” adalah al-Mutawatir.