Tafsir Teologi Sosial: studi Hermeneutika Hassan Hanafi pada Surat Ali Imran Ayat 18

Main Author: Holili, Holili
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://digilib.uinsby.ac.id/28623/7/Holili_E73214052.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/28623/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini akan menelaah metode penafsiran hermeneutik Hassan Hanafi dalam kaitannya dengan QS Ali Imran ayat 18. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hermeneutika Hassan Hanafi sebagai salah satu metodologi penafsiran yang menekankan pada aspek aksiologis sebuah teks, kemudian aplikasinya pada QS Ali Imran ayat 18 sebagai salah satu ayat Tauhid. Untuk mewujudkan itu, proses penelitian dilakukan menggunakan jenis penelitian pustaka (library research) dengan metode deskriptif-analitik, dan melalui pendekatan normatif-fenomenologis, terhadap karya-karya utama Hassan Hanafi sebagai data primer. Tahapan tersebut secara umum meliputi: Pertama, menampilkan bangunan metodologis hermeneutika Hassan Hanafi yang memperhatikan unsur kesadaran sejarah, kesadaran teks Quran, dan—yang paling utama adalah—kesadaran praktis. Kedua, menelaah surat Ali Imran ayat 18 yang memotret sikap teologis manusia, serta asas hukum dan konsep tentang keadilan bagi orang berilmu, yang selama ini diabaikan secara pemahaman dan praktik. Berdasarkan tahapan tersebut muncullah temuan, bahwa surat Ali Imran ayat 18 merupakan ayat tauhid, yang bagi Hassan Hanafi tidak hanya mencakup dimensi teologis manusia, tetapi juga dimensi sosial manusia. Selain itu, tauhid tidak cukup hanya dengan ikrar atau ucapan lisan. Jauh daripada itu, ia harus ditransformasikan dalam bentuk tindakan (action). Sehingga keyakinan akan keesaan Allah dapat berimplikasi pada kehidupan sosial manusia. Implikasi sosial, kaitannya dengan kesaksian orang berilmu dalam surat Ali Imran ayat 18, adalah ketentuan untuk mewujudkan cita-cita sosial yang luhur, sebagai tanggungjawab moral dalam menjalankan tugas al-Qisth, yakni dengan tunduk pada prinsip dasar Islam yang universal, dan mengembalikan nilai-nilai egalitarianisme yang tidak mengenal kasta dan status sosial.