Sejarah perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya tahun 1986-2016
Main Author: | Nur, Aini |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uinsby.ac.id/24124/7/Nur%20Aini_A72213139.pdf http://digilib.uinsby.ac.id/24124/ |
Daftar Isi:
- Skripsi ini memfokuskan pada rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya? (2) Bagaimana perkembangan pondok pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya? (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat program rehabilitasi inabah pada pondok pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya? Untuk menjawab permasahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu Heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran) dan historigrafi (penulisan sejarah). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis. Sedangkan teori yang digunakan penelitian ini adalah teori teori Challenge and Respon oleh Arnold J Toynbee yang menganalisis perkembangan dengan adanya tantangan. Selain itu penulis juga menggunakan teori peranan, dalam hal ini Pondok Pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya memiliki peranan yang sangat penting untuk para pecandu narkoba. Hasil dari penulisan skripsi ini menyimpulkan bahwa: (1) Pondok Pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya didirikan oleh KH. Moch. Ali Hanafiah Akbar pada tahun 1986 atas amanat Abah Anom selaku pendiri Pondok Suryalaya Inabah Pusat di Tasikmalaya yang saat itu berdiri karena banyaknya anak yang melakukan penyimpangan perilaku seperti pemakaian narkoba dan akhirnya dititipkan ke Abah Anom. (2) Pondok Pesantren Suryalaya Inabah XIX Surabaya terus berlanjut hingga sekarang dan mengalami beberapa perkembangan pada aspek-aspek seperti perkembangan sarana dan prasarana, program kegiatan, maupun jumlah anak Bina. (3) Faktor pendukung dan penghambat program yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya XIX Surabaya. Adapun faktor pendukung yang diantaranya adanya kinerja pengurus yang baik dan kompeten, adanya interaksi yang baik antara pengurus dan Anak Bina, kedisiplinan Anak Bina mengikuti program, program yang berkualitas dan sesuai, orang tua Anak Bina ikut mendukung program, dukungan masyarakat maupun pemerintah serta sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat adalah kurangnya pemahaman Anak Bina baca tulis Al-Qura’an, sifat yang mudah emosional maupun adanya kerusakan kognitif pada Anak Bina, orang tua/wali Anak Bina yang terkadang juga ikut manja, serta adanya perbedaan undang-undang tentang narkotika dan rehabilitasi.