Studi tentang upacara Kasodo Suku Tengger di Desa Mororejo Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan
Main Author: | Muammaroh, Siti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uinsby.ac.id/21530/1/Siti%20Muammaroh_E02206012.pdf http://digilib.uinsby.ac.id/21530/ |
Daftar Isi:
- Studi tentang upacara Kasodo suku Tengger di desa Mororejo, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Itulah judul yang diangkat dalam penelitian ini, dengan beberapa masalahnya, yaitu : sejarah perkembangan masyarakat upacara Kasodo Suku Tengger, pelaksanaan upacara Kasodo Suku Tengger, serta pandangan masyarakat Islam terhadap upacara Kasodo. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi dengan beberapa pendekatan-pendekatan, misalnya pendekatan historis, sosiologis dan antropologis. Data tersebut diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi sebagai sumber-sumber penunjang dalam melengkapi data dari lapangan. Penulis dapat menyimpulkan bahwa upacara Kasodo sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Tengger dan tidak terkikis oleh perubahan zaman, baik secara fisik maupun secara budaya. Munculnya dari upacara ini berawal dari keinginan Roro Anteng dan Jaka Seger memiliki anak, hingga mereka bejanji akan mengorbakan anak terakhimya, Raden Kusuma. Hingga tiba waktunya, lahar Bromo pun melalap Raden Kusuma dan meminta masyarakat Tengger membawa sesajen ke kawah Bromo setiap tahunnya. Proses pelaksanaan dalam upacara ini hampir sama dengan Hindu, perbedaanya terletak pada pemilihan dukun dan melabuhkan ongkek (sesajen) ke dalam kawah Bromo. Meskipun penduduk yang tinggal didesa ini mayoritas Islam, berikut adalah sebab-sebabnya : keyakinan yang sangat kuat terhadap leluhur mereka yang rela bekorban demi kesejahteraan dan keselamatan mereka, masih kurangnya pemahaman secara mendalam mengenai Islam karena masih terpengaruh dengan budaya-budaya agama Hindu. Menurut Islam tradisi ini dapat menimbulkan kesyirikan, karena dalam tradisi ini mengandung makna percaya adanya kekuatan lain selain Allah, dan dapat melemahkan keimanan seseorang.