Daftar Isi:
  • Perang pemikiran menjadi tema utama yang jika dibahas dalam diskusi-diskusi atau artikel-artikel ilmiah masih membingungkan bagi kalangan awam, apa itu liberal?, dalam setiap tema, artikel-artikel ini secara lugas menyatakan tentang perang pemikiran umat Muslim di dunia, khususnya di Negara kita Republik Indonesia, dan yang paling terpenting isu Mahasiswa sebagai manufer perkembangan paham liberal tidaklah menjadikam regenerasi masa depan yang enggan dengan ideology serta pemikiran Islam sesuai syari’at Al- Qur’an dan hadits. Perang ini sangat tersembunyi, sampai-sampai kita tidak sadar bahwa setiap saat kita bisa menghadapinya ataupun menjadi korbannya. Peneliti menggunakan pendekatan analisis teks media Norman Fairlogh dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Ada 105 artikel dengan beberapa kolom dari tulisan 2002 sampai 2016 yang di post oleh Ulil Abshar Abdala. Sebagai instrumen penelitian, peneliti menggunakan metode representasi serta dokumentasi. Dari data yang terkumpul kemudian peneliti menggunakan teori Norman Fairclough atas dasar representasi, relasi dan identitas sebagai ukuran pesan liberalisme dan mengkonfirmasinya dengan teori kontruksi sosial. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pesan liberalisme dalam karya Ulil Abshar Abdalla bisa disimpulkan atas 1) Representasi realitas pesan liberalisme dalam artikel Ulil Abshar Abdala dalam karyanya cendrung memadukan pemahaman teologi barat dengan Islam, pemilihan bahasa yang digunakan dalam teks menarik dan akademis dan sebagian banyak konklusi dalam teks nyentrik, juga penulis mempunyai nalar pikir yang dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungannya. 2) Hubungan relasi bahasanya antara penulis dan pembaca dikontruksikan tidak setara dengan pemahaman penulis dan pembaca, namun pembahasannya mengarahkan kuriositas pembaca harus membacanya, juga relasi antara dua statement penting dalam katagori pengertian Islam modernis membentuk kesimpulan yang holistik dan diakui oleh masyarakat. 3) Identitas simbol-simbol pesan yang dilakukan oleh Ulil Abshar Abdala dalam megembangkan wacana tentang paham liberalisme ditandai oleh posisi penulis yang berinteraksi dengan pembaca, yaitu dengan pemakaian kata “saya” yang berarti penulis merupakan komunikator langsung. Identitas partisipan atau tokoh yang dibentuk oleh penulis membentuk pribadi yang memiliki relevansi kuat, nyata serta ideologis.