Daftar Isi:
  • Karya sastra merupakan bangunan yang utuh dan saling terkait unsur-unsurnya satu sama lain. Keterkaitan unsur-unsur pembangun karya tersebut perlu dicermati dahulu secara detail untuk melihat karya tersebut kokoh atau tidak. Dalam hal ini, jika suatu karya menjadi bangunan yang kokoh, maka kualitas karya tersebut dapat dikatakan baik. Dalam usaha mencermati karya sastra menjadi bangunan yang utuh, Strukturalisme yang dikemukakan oleh Robert Stanton memaparkan keterkaitan unsur-unsur pembangun karya sastra sedetail mungkin. Demikian juga dalam drama “Ashab al-Ghor” karya Ali Ahmad Baktsir perlu dikaji unsur-unsur pembangun drama tersebut. Karena itu penulis merumuskan masalah : 1. Bagaimana unsur-unsur pembangun drama Ashḥāb al-Ghār karya Ali Ahmad Baktsir? meliputi (fakta-fakta cerita dan tema), 2. Bagaimana sarana sastra dalam drama Ashḥāb al-Ghār karya Ali Ahmad Baktsir? Strukturalisme menurut Robert Stanton adalah teori yang memiliki unsur pokok pembangun struktur karya sastra yang meliputi : tema, fakta-fakta cerita (alur, tokoh, dan latar), dan sarana-sarana sastra (cara pemilihan judul, sudut pandang, gaya bahasa, simbol, dan ironi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode dengan menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, hubungan antar variabel, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain. Hasilnya, dalam penelitian ini dapat ditemukan (1)Fakta-fakta cerita : Tokoh utama dalam drama ini adalah Harun, Yusuf dan Mutta, dengan tokoh pembantu: orang tua Harun, istri Harun, istri Mutta, Alisba’ dan Sulaiman, Alur dalam drama ini adalah alur campuran, Latar tempat drama ini berada di lembah dan goa, latar waktu pada sore menjelang malam, suasana yang terdapat dalam drama kebanyakan masyarakat gemar berburu, Tema yang terkandung adalah tiga sahabat pemuda di dalam goa. (2) Sarana sastra: Judul drama adalah penghuni goa, Sudut pandang dalam drama adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, Gaya bahasa dalam drama yaitu kalam insya’i, kinayah, dan taukid, simbol dalam drama yaitu makam, goa dan batu, Ironi dalam drama ada pada perkataan Yusuf yang kasar yang dikiaskan sebagai sindiran halus terhadap Mutta.