Pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba: studi multikasus di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya dan yayasan Darud Dawam Surabaya
Daftar Isi:
- Di era globalisasi ini, banyak orang yang terjerumus untuk menggunakan narkotika. Salah satu penyebabnya yaitu lemahnya ilmu keagamaan. Sehingga ketika sudah mengenal narkotika, maka ia akan kecanduan. Salah satu cara penyembuhannya yaitu melalui rehabilitasi dan pembinaan keagamaan. Maka ada tiga permasalahan dalam penelitian ini, pertama, bagaimana pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. kedua, Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan. ketiga, Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan. Adapun yang menjadi fokus lokasi penelitian dalam tesis ini adalah Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi serta analisis deskriptif. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa: pertama, bahwa pola pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX yaitu terapi mandi taubat, terapi shalat berjama’ah, dan yang menjadi pokok dari pembinaan keagamaan yaitu terapi dzikir. Sedangkan di Yayasan Darud Dawam Surabaya yaitu pembinaan shalat berjama’ah, belajar membaca Al-Qur’an, dan mengkaji kitab kuning. Kedua, hasil dari pembinaan pendidikan keagamaan di dua lokasi tersebut yaitu perubahan perilaku dan perkembangannya dalam menjalankan ibadah. Ada yang sudah menjalankan shalat lima waktu berjama’ah, membaca Al-Qur’an dan dzikir setelah shalat, namun ada pula yang belum melaksanakan hal-hal tersebut. Ketiga, yang menjadi faktor pendukung yaitu orang tua, karena orang tua selalu memotivasi dan memeperhatikan terhadap perkembangan anaknya ketika berada di pondok pesantren. Faktor penghambatnya yaitu lingkungan di dalam pesantren dan orang tua, karena ketika anak sudah berada didalam pondok, maka ia tidak bisa keluar pondok dan hal itu menyebabkan kejenuhan dan kebosanan. Sedangkan orang tua juga ada yang mempunyai sikap tidak percaya pada pondok sehingga sering datang tidak sesuai dengan waktu berkunjung. Faktor yang menjadi pendukung dalam pembinaan keagamaan yaitu adanya sumber daya manusia yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat mentranser ilmunya lebih banyak. Untuk faktor yang menjadi penghambat yaitu masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, terutama masalah tempat untuk ibadah dan tempat untuk belajar.