Daftar Isi:
  • Tegal/Deso merupakan upacara adat yang dilaksanakan secara turun temurun di Dusun Betiring. Upacara ini mempunyai tujuan khusus yakni sebagai wujud ungkapan rasa syukur atau terima kasih masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang diberikan kepada mereka, sekaligus untuk memelihara bumi (dalam artian ladang atau sawah) mereka agar tetap terjaga kesuburannya. Sebagai warisan budaya bangsa Upacara Tegal/Deso ini harus tetap dijaga kelestariannya dan tetap dijaga kesakralannya oleh generasi- genarasi penerusnya. Salah satu usaha melestarikannya yaitu melalui sebuah karya tulis ilmiah. Skripsi ini diharapkan menjadi sumber wacana baru bagi masyarakat tentang pentingnya budaya daerah. Skripsi tersebut merupakan hasil dari pengamatan lapangan dan kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui akulturasi antara budaya lokal dengan budaya Islam dalam upacara Tegal/Deso yang berlangsung secara damai dan selaras. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan secara langsung, serta didukung dengan menggunakan daftar pustaka yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis menggunakan pendekatan struktural fungsional, yang mana pendekatan ini menganggap bahwasanya kebudayaan adalah keterkaitan antara subsistem kebudayaan, semisal struktur sosial dengan kebudayaan yang berkembang dalam sebuah masyarakat. Sedangkan ilmu bantu yang digunakan yaitu etnografi dan arkeologi yang membantu untuk mendeskripsikan bagaimana akulturasi budaya dalam upacara Tegal/Deso itu berlangsung. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwasanya telah terjadi proses akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal pada pelaksanaan upacara Tegal/Deso, yang mana Islam disini adalah budaya pendatang. Melalui beberapa saluran-saluran kebudayaan, Islam lambat laun berhasil mewarnai beberapa kegiatan yang ada di upacara Tegal/Deso tanpa menghilangkan budaya lokal yang ada. Adapun budaya Islam yang nampak pada pelaksanaan upacara Tegal/Deso yaitu manaqiban, sholawat dan khotmil Quran. Sedangkan budaya lokal yang masih ada yaitu nyadran.