Cinta Rasul dan makna simbol-simbol dalam Seni Hadrah di Jawa Timur
Daftar Isi:
- Penelitian ini hendak mengungkap makna yang terdapat dalam simbol-simbol kesenian hadrah. Simbol-simbol tersebut diandaikan memuat makan cinta kepada Rasul karena kegiatan hadrah memuat shalawat kepada Muhammad. Kesenian hadrah sendiri merupakan sebuah tradisi keislaman yang unik sebab menggabungkan antara kutub sakral (agama) dan profan (musik) yang biasanya dipisahkan. Penelitian ini dianggap penting karena bisa menjadi usaha dalam merawat tradisi lokal dan keagamaan yang perlahan mulai ditinggalkan dalam himpitan era modernitas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian lapangan dengan tehnik penggalian data wawancara, dokumentasi dan observasi. Data-data tulisan berupa buku, jurnal, ensiklopedi dan artikel juga menjadi data yang sifatnya sekunder. Data-data tersebut kemudian didekati dengan pendekatan hermeneutika fenomenologis Paul Ricouer. Dari Penelitian ini ditemukan bahwa hadrah dibawa oleh Habib Syeh Bafaqih dan disebarkan oleh KH. Abdurrachim. Hadrah diwadahi dalam sebuah organisai bernama ISHARI yang diresmikan oleh KH. Wahab Chasbullah. Perkembangan ISHARI dalam NU melalui pasang surut dan kini berkembang lagi pasca diresmikan sebagai Badan Otonom NU dalam Muktamar 33 Jombang. Ada 3 aspek penting yang menjadi fokus kajian dalam hadrah yaitu lagu, rebana dan roddat. Lagu dalam hadroh dibawakan oleh hadi dengan lagu yang khas yaitu suara tinggi dan memiliki motif menyimpang. Syair yang dibaca diambil dari Maulid Syarofu Anam dan Diwan Hadroh. Instrumen rebana dipukul oleh beberapa orang dengan pembagian kontengan, selatan dan krotokan. Dalam rebana, ada 3 pukulan yaitu juz, yahum dan terem dengan variasi pukulannya masing-masing. Dalam roddat, petugasnya melakukan tarian, kecrek dan sulukh. Hermeneutika fenomenologis Ricoueuer mensyaratkan dua tahap interpretasi yaitu fenomenologis yang literer dan reflektif yang merupakan refleksi dari penafsiran fenomenologis. Dari penafsiran fenomenologis ditemukan bahwa: (1) Hadrah merupakan hal sakral dan sarana penyampai doa. (2) Hadrah merupakan ekspresi kecintaan kepada Nabi. (3) Hadrah bermakna dzikir yang dikonversi dalam kesenian. Dalam penafsiran reflektif ditemukan bahwa: (1) Hadrah merupakan sarana wushul. (2) Hadrah memuat statemen eksistensi relijius. (3) Hadrah bisa disebandingkan dengan thariqah dan jamaahnya berpotensi memperoleh pengetahuan irfani lewat epistemologi hudhuri dengan kehadiran Nur Muhammad dalam majelis hadrah.