PANDANGAN SANTRI MAHASISWA PADA KIAI POLITIK STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN LUHUR AL HUSNA JEMURWONOSARI SURABAYA
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu, bagaimana eksistensi kiai politik dalam perspektif santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya? Dan bagaimana pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan eksistensi kiai politik perspektif santri Luhur Al-Husna dan pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif, penentuan informan dengan teknik purposive sampling, dengan intervie guide. Adapun teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis yang digunakan adalah model interaktif analisis, dengan pendekatan deskritif kualitatif.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini Pertama, eksistensi yang dimiliki oleh kiai Ali Maschan lebih memperlihatkan adanya tahapan estetis. Dimana terdapat unsur duniawi baik secara langsung atau tidak langsung masuk didalamnya, meskipun terdapat unsur akhirat yang ada dalam tujuan yang dimiliki oleh kiai Ali dalam dunia politik. Hal ini terlihat dengan adanya pergeseran strata sosial dan perekonomian kepemimpinan kiai, dimana terdapat perubahan ketika kiai tidak menjadi politisi. Kedua, santri mahasiswa Luhur Al-Husna memiliki pandangan tersendiri terhadap kiai Ali dalam keterlibatan di dunia politik, diantaranya: a). Pandangan santri yang pro mengenai keterlibatan kiai di dunia politik, dimana kiai dapat mengaplikasikan keilmuannya dan nilai-nilai islam di dunia politik. b). Pandangan santri yang kontra dengan adanya kiai masuk dalam dunia politik. Sehingga menjadikan kekecewaan bagi santri yang berada di pesantren. Hal ini disebabkan kepemimpinan kiai pada saat menjabat politisi lebih dominan memainkan peran yang ada di kursi politisi-nya. Selain itu, keistiqomaan kiai untuk mengajar dan mengelola pesantren kurang menjadi prioritas.