SIMBOL KEKUASAAN ANTARA LEGENDA SEMAR DAN WACANA NIETZSCHE TENTANG KEKUASAAN
Daftar Isi:
- Penelitian yang reseach, yakni penelitian yang menjadikan data buku sebagai sumber data utama. Dengan demikian sumber primer dalam penelitian ini adalah library reseach yang dihasilkan dari penelitian buku serta karya ilmiah lainya dan penelitian ini langsung terhadap buku yang diteliti dalam hal ini adalah Choirul Arifin, Kehendak Untuk Berkuasa Jakarta: Erlangga,1987 dan Tjaroko Hp Teguh pranoto, Semar, ajaran hidup, Tuntunan Luhur, Piwulang Agung, Solo:Kuntul Press, 2007. Sedangkan sumber-sumber sekunder yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini, berupa buku, ensiklopedia, kamus, majalah, jurnal terutama karya-karya dari Nietszche, buku tentang Semar dan lain sebagainya. Dalam menganalisa data yang sudah diperoleh penulis mengunakan metode Deskriptif dan Historis. Metode Deskriptif merupakan proses pencarian fakta dengan ketepatan interpretasi. Kegunaan deskripsi ini untuk menjelaskan bahwa suatu fakta, dalam hal ini berupa pemikiran itu benar anatara keduanya mengalami penghayatan atau peleburan dalam prosesnya. Analisis Historis difungsikan mendapatkan keterangan mendalam tentang pengertian dan pengetahuan dalam mengetahui subtansi dan sebab-sebab munculnya konsep tersebut. Kajian historis disini lebih tertuju bagaimana Nietzche memunculkan ide-ide orisinil berkaitan tentan to will to power dan kekuasaan Semar dalam pewayangan. Kekuasaan-kekuasaan yang ada pada Semar seperti halnya mempunyai insting yg kuat, mampu mendeteksi apa yang belum terjadi dan menyatu dengan Tuhan (manungaling kawula gusti) serta Nietzsche dalam konsepnya kehendak untuk berkuasa (the will too power) adalah mempunyai tujuan yang sama yaitu kebebasan. Yang mana Semar ketika mencapai tahap menyatu dengan Tuhan maka tidak ada lagi peraturan begitu pula Nietzsche yang mencapai tahap pemikiranya yaitu nihilisme.