PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION SISWA KELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO
Daftar Isi:
- Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo menunjukkan bahwa keterampilan lari estafet siswa dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penelitian dengan guru kelas IV, dari 21 siswa hanya 47,6% yang tuntas dalam keterampilan lari estafet. Penyebabnya adalah keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui model Explicit Instruction. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instruction dalam pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 21 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu non tes (penilaian performance) menggunakan rubik penilaian keterampilan lari estafet, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran lari estafet melalui model Explicit Instruction selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjaskes sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 77, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 65 kemudian pada siklus II dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 85, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 78. Setelah ada perbaikan pada siklus III perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 88 dan perolehan nilai aktivitas siswa sebesar 83 maka mengalami peningkatan. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas IV setelah diterapkan model Explicit Instruction pada siklus I mengalami peningkatan 19.06% dari 47,6% menjadi 66,66%. Prosentase ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan 19,34% dari 66,66% menjadi 86%. Dan Prosentase ketuntasan belajar pada siklus III juga mengalami peningkatan 23,74% dari 86% menjadi 90.4%. Pada siklus III ini prosentase ketuntasan belajar siswa kategori sangat baik dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja. Rata-rata pada siklus I sebesar 69,5, siklus II sebesar77,14 dan siklus III sebesar 82,8.