Ansambel Gumbeng Di Desa Wringinanom Kecamatan Sambit Kabupaten ponorogo Suatu Tinjauan Etnomusikologi
Main Author: | Widjanarko, - |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 1992
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.isi.ac.id/949/1/BAB%20I.pdf http://digilib.isi.ac.id/949/2/BAB%20II.pdf http://digilib.isi.ac.id/949/3/BAB%20III.pdf http://digilib.isi.ac.id/949/4/BAB%20IV.pdf http://digilib.isi.ac.id/949/5/LAMPIRAN.pdf http://digilib.isi.ac.id/949/ http://lib.isi.ac.id/ |
Daftar Isi:
- Ansambel Gumbeng di Desa Waringinanom, Kabupaten Sambit, Kabupaten Ponorogo , Suatu Tinjauan Etnomusiko logi yang merupakan judul dari skripsi ini menguraikan tentang beberapa aspek Gumbeng yaitu : instrumen , klasifikasi musik , musik sebagai kegiatan kreativitas, laras, patet dan irama yang digunakan. Beberapa faktor yang nendukung dan mempengaruhi aspek di atas adalah geografis daerah, latar belakang kultural masyarakat, adat, dan tradisi yang hidup di dalam masyarakat Ponorogo. Berdasarkan pengamatan sejarah instrumen Gumbeng yang ada sekarang ini, diketahui bahwa mendapat pengaruh dari pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1613 – 1645. Musik terdengar hidup dan merupakan musik rakyat di Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. Musik rakyat tersebut semula bersifat ritual, tetapi dewasa ini menjadi pseudo ritual. Teknik memainkannya seperti teknik tabuhan gamelan yaitu ada mbalung, mipil lamba, dan mipil rangkep. Bentuk gending yang dimainkan hanyalah meliputi Lancaran, Ketawang, dan Ladrang serta berlaraskan slendro. Adapun nama – nama gending yang biasa dimainkan antara lain : Ladrang Slamet laras slendro patet manyura, ladrang eling – eling laras slendro patet sanga, ladrang kijing miring laras slendro patet manyura dan gending Kutut Manggung laras slendro patet manyura. Dalam permainan Gumbeng juga terdapat vokalis piya atau wiraswara dan vokalis putri atau pesindhen yang cara menyajikannya sama seperti pada tabuhan gamelan. Hanya sayang sekali, umumnya penyanyi Gumbeng kurang terbina sehingga garapan – garapannya kurang akurat, dan pemeliharaan alatpun kurang sempurna sehingga ada beberapa angklung yang vals.