Daftar Isi:
  • Setiap keluarga atau rumah tangga pasti pernah mengalami kesripahan . Dalam masyarakat tertentu masih melaksanakan delapan tahapan ritus kematian di antaranya upacara nyewu dina yang merupakan upacara terakhir dalam delapan tahapan ritus kematian. Di dalamnya terdapat bagian yang paling penting sehubungan dengan pengiriman doa untuk si mati , yaitu tahlilan. Di Dusun Soropaten selain tahlilan juga disertai dengan singiran. Adapun tujuan penelitian tentang objek tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran nyata dan jelas tentang penyajian tahlilan dan singiran kaitannya dengan kematian seseorang secara keseluruhan. Serta ingin menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa tahlilan dan singiran mengandung unsur musikal yang indah , lebih cenderung seagai musik vokal karena penyajiannya menggunakan suara manusia sebagai media utamanya. Mengapa dipilih tahlilan dan singiran d.alam ritus kematian nyewu dina di Dusun Soropaten sebagai objek, karena memiliki suatu keunikan serta bentuk baik itu penyajiannya yang selalu diserta dengan sesaji, pemain yang harus bersuci dahulu maupun unsur-unsur musikalnya yang menunjukkan ciri khas kerakyatannya. Di samping itu tahlilan dan singiran di Dusun Sorooaten dilakukan sehubungan dengan ritus kematian nyewu dina. . Keberadaan tahlilan dan singiran merupakan salah satu adat istiadat atau tradisi warisan nenek moyangnya. Dengan demikian pelaksanaannya didasarkan pada naluri dan kewajiban Karena dilaksanakan sesuai dengan tradisi nenek moyang maka lebih terlihat sebagai kegiatan ritual yang bersifat kebudayaan. Sebagai permasalahan dalam karya tulis ini adalah apa fungsi dari taalilan dan singiran dalam upacara nvewu dina di Dusun Soropaten dan bagaimana bentuk penya.jian dari singiran –dan tahlilan di Dusun Soropaten. Untuk membahas permasalahan ini diperlukan suatu metode, yaitu metode deskriptif analisis. Tahlilan dan singiran sebagai suatu bentuk vokal memiliki bentuk penyajian yang sederhana, baik ritmenya maupun melodinya. Tahlilan dan singiran menurut masyarakat Jawa pada umumnya dipandang bukan merupakan bentuk musik, akan tetapi merupakan bagian dari upacara ritus kematian. Namun apabila dilihat dari sudut pandang musikologis maka tahlilan dan singiran memiliki unsur – unsur musikal, dalam hal ini adalah musik vokal sebab dalam penyajiannya hanya mempergunakan suara manusia sebagai medianya. Selain itu tahlilan dan singiran juga merupakan kegiatan yang bersifat ritual. Semua itu didukung oleh beberapa aspek yaitu tempat, waktu, lagu, pemain serta sesajinya. Dengan demikian tahlilan dan singiran dalam upacara nyewu dina memiliki bentuk musikal yang sederhana yang mencerminkan kerakyatan serta merupakan kegiatan yang bersifat religius dan juga bersifat itual.