Daftar Isi:
  • Sebelum dikenal sebagai Kesenian Bangreng, dulunya kesenian ini dikenal sebagai kesenian Terbang, dan kemudian menjadi kesenian Gembyung. Perubahan nama kesenian ini ditandai dengan adanya penambahan alat/instrumen dan dalam bentuk penyajian musiknya. Kesenian Bangreng adalah singkatan dari Terbang dan Ronggeng/penari. Bangreng di desa Sukatani disajikan dalam acara Ngaruat dan perayaan adat lainnya. Upacara Ngaruat Bumi yang menjadi pokok pembahasan, merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas hasil bumi yang berlimpah. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Etnomusikologis digunakan sebagai alat untuk mengkaji tentang bentuk penyajian dan keberadaan kesenian Bangreng di desa Sukatani Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, khususnya kesenian Bangreng dalam upacara Ngaruat Bumi. Kesenian Bangreng dalam upacara Ngaruat bumi merupakan komponen penting yang harus dihadirkan ketika masyarakat menggungkapkan rasa syukur atas limpahan berkah dari hasil bumi yang didapat, dengan melakukan upacara yang memakai kesenian Bangreng. Masyarakat meyakini bahwa, pemakaian kesenian Bangreng dalam penyajian berisi syair/lirik yang berisi doa-doa kepada sang penciptaTuhan YME, untuk dapat terhindar dari malapetaka atau musibah. Kesenian Bangreng saat ini di desa Sukatani Kabupaten Sumedang, dapat dilihat dari sisi ritual dan hiburan, dimana letak perbedaan antara ke duanya yaitu dari tata cara penyajian musik dan lirik lagu yang dinyanyikan. Selain sisi spiritual juga terdapat sisi ekonomi serta sosial bermasyarakat dalam sebuah perayaan, dimana masyarakat dapat memanfaatkan event sebagai ajang silahturahmi.