Alas Kaki Kulit Kambing Samak Bulu Sebagai Penyampaian Kritik Terhadap Standar Kecantikan Wanita Indonesia
Main Author: | Aprilia Esterina Elisabeth, 1411795022 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book Video |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.isi.ac.id/4194/1/apriliaesterina_1411795022_laporan.pdf http://digilib.isi.ac.id/4194/2/apriliaesterina_1411795022_jurnal.pdf http://digilib.isi.ac.id/4194/3/apriliaesterina_1411795022_videoprosespembuatankarya.mp4 http://digilib.isi.ac.id/4194/ http://lib.isi.ac.id |
Daftar Isi:
- Citra wanita dalam media tidak merepresentasikan citra wanita yang sesungguhnya. Media kerap me-retouch visual demi kesempurnaan bentuk tubuh model sehingga citra tersebutlah yang menjadi standar kecantikan ideal wanita Indonesia. Menyuarakan potret kecantikan yang ideal tidak menjadi masalah ketika tidak berdampak buruk bagi perseorangan ataupun dalam sekala yang lebih besar, namun akan menjadi masalah ketika potret kecantikan yang di sebarluaskan tidak sesuai dengan realita. Pergumulan para wanita dalam isu ini disimbolkan dengan alas kaki sebagai perspektif parawanita yang bergumul tersebut. Kulit kambing samak bulu merupakan penanda penampilan yang terbilang buruk berdasarkan standar kecantikan wanita Indonesia. Metode pendekatan yang digunakan dalam proses perwujudan karya tugas akhir penciptaan ini adalah pendekatan dimensi semiotika oleh C. S. Morris dan Ergonomi (Podiatric). Sedangkan metode penciptaan yang digunakan adalah metode peciptaan kriya seni oleh S.P. Gustami dan metode konstruksi alas kaki oleh J.H. Thornton. Teknik produksi alas kaki terdapat beberapa proses yang harus di lalui. Secara runtutan tahapannya terdiri atas: Design, Cutting, Stitching, Assembling, dan Finishing. Setiap alas kaki yang diciptakan merupakan representasi dari pergumulan para wanita Indonesia yang menjadi korban dari standar kecantikan masa kini, sehingga diharapkan para audiens terutama para pelaku body shaming untuk dapat berempati dengan memakai “alas kaki” sang korban dengan kata lain memposisikan diri sebagai sang korban sebelum memberi pernyataan untuk memperbaiki makna cantik yang sebenarnya