Daftar Isi:
  • Negarakertagama ternyata didominasi o leh peran untuk pem ahaman realitas sejarah . Novel dan naskah la kon TSPW lebih menonjolkan peranny a sebagai pr oses pen ciptaan sekaligus juga sebagai sarana komunikasi pen ciptanya. Oleh sebab itu dalam Negarakertaga ma lebih memaparkan apa yang menjadi kenyataan dan benar-benar terjadi, dan dalam TSPW peristiwa sejarah ditarik men jadi peristiwa manusiawi menyeret seluruh masyarakat dan perorangannya. Demikian juga halnya dengan naskah lakonnya. Akibatnya konsep estetik Negarakertaga ma ti daklah hadir secara totalitas. Maksudnya, keindahan lebih ditonjolkan oleh bahasanya saja . Penonjolan pada fungsi puitiknya juga karena karya sastra ini berbentuk kakawin . Konsep estetik dalam Negarakertagama ini dido brak oleh novel TSPW, yang lebih menonj olkan fiksi dan penyandraan yang hebat sebagai konsep estetikanya. Ke satuan unsur-unsur struktur novel mampu menggambarkan peritiwa yang koheren dan mudah dipahami. Kesatuan un sur sebagai konsep estetis tidak dapat dinikmati dalam naskah lakon TSPW. Keindahan naskah lakon dapat dirasa kan dalam dialog dan gabungan antara realitas sejarah dan rekaannya, meskipun masih senada dengan novelnya. Perbedaan jenis sastra menyebabkan perbedaan bentuk yang menyebabkan perbedaan konsep estetika juga. Jalin an sejarah bentuk sastra dari puisi (kakawin) ke novel dan selanjutnya ke naskah lakon, memberi gambaran Jalinan estetika religius dengan fungsi estetiknya untuk eskatik, diluncurkan menjadi estetika yang permanen de ngan fungsi estetiknya untuk kenikmatan dalam pemahaman penciptaan peristiwa masa lampau. Dari estetik yang imanen lewat bahasanya yang arkhais ini diterima seba gai estetika dramatik yang ditandai oleh hadirnya kon flik tokoh dan ilusi dramatik. Dari estetika keselarasan menjadi estetika di antara ketegangan yang selaras dan deviasi. Nilai budaya Jawa dalam Negarakertagama masih mengalir dalam novel TSPW, clan tetap menjiwai naskah la ken. Garis tradisi masih menandai ketiga karya sastra tersebut. Hubungan keselarasan isi antara ketiga karya itu lebih dorninan dibandingkan dengan hubungan penyimpangan. Perbedaan genre AaAtrs lsbih menunjukkan pendo - brakan sebagai tuntutan genre itu sendiri. Negarakertagama difungsikan sebagai pemberi pangkal ceritera historis terhadap novel TSPW. Lebih tepat lagi bila dikatakan Negarakertagama memberi ilham bagi novel TSPW. Perkembangan ceritera dan tokoh-tokohnya mutlak baru dan milik novel TSPW, sebab Negarakartagama menghadirkan tokoh-tokoh yang benar-benar ada dalam realitas sejarah. Kedudukan novel TSPW menjadi sangat penting di dalam naskah lakon TSPW , fungsinya menjadi sangat dominan , sebab daripadanya keberadaan naska h la kon ini menjadi tampak jelas . Seluruh isi dalam novel diterima secara ekuivalensif oleh naskah lakon TSPW.