Gending dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai Salah Satu Wujud Inkulturasi Budaya

Main Author: Roni Driyastoto, 1110462012
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://digilib.isi.ac.id/3131/1/BAB%20I.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/2/BAB%20II.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/3/BAB%20III.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/4/BAB%20IV.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/5/LAMPIRAN.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/6/JURNAL.pdf
http://digilib.isi.ac.id/3131/
http://lib.isi.ac.id
Daftar Isi:
  • Seni karawitan sebagai salah satu unsur budaya Jawa telah berkembang pesat di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran. Hal ini terbukti dengan digunakannya seni karawitan dalam penyelenggaraan upacara ritual di gereja, terutama pada misa dan hari-hari besar umat Kristiani yang menggunakan bahasa Jawa. Salah satu misa yang selalu menggunakan karawitan sebagai musik liturgi adalah Misa Malam Jumat Pertama yang diadakan setiap bulan pada hari Kamis sebelum hari Jumat pertama di Gereja HKTY Ganjuran. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mendeskripsikan wujud inkulturasi pada gending Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran, struktur penyajian serta garap gending Pujiastuti dan Kirab Agung yang merupakan gending khas pada Misa Malam Jumat Pertama Gereja HKTY Ganjuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analisis dengan mengumpulkan data, yaitu: studi pustaka, observasi, serta analisis data. Gending dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran merupakan suatu wujud inkulturasi antara musik liturgi dengan karawitan Jawa. Gending-gending yang digunakan terdiri atas bentuk lancaran, ketawang, ladrang, dan bentuk lain di luar bentuk gending tradisi yang disajikan pada saat ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi, dan ritus penutup. Pelaksanaan misa dengan menggunakan karawitan sebagai musik liturgi memiliki peranan yang penting dalam peribadatan di gereja. Karawitan sebagai sebuah budaya lokal, beserta dengan nilai-nilai di dalamnya dan tentu lebih dekat dengan umat setempat, dapat dengan cepat menjadi salah satu sarana pujian, ucapan syukur, penyembahan dan pewartaan karya keselamatan Allah bagi seluruh umat manusia.