Tajen
Main Author: | Kadek Agung Sari Wiguna, 1110406015 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.isi.ac.id/2697/1/BAB%20I.pdf http://digilib.isi.ac.id/2697/2/BAB%20II.pdf http://digilib.isi.ac.id/2697/3/BAB%20III.pdf http://digilib.isi.ac.id/2697/4/LAMP.pdf http://digilib.isi.ac.id/2697/5/jurnal.pdf http://digilib.isi.ac.id/2697/ http:lib.isi.ac.id |
Daftar Isi:
- Tajen telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Bali sejak zaman para leluhur masyarakat Bali dan terus berkembang hinggasaat ini. Fenomena itu pada umumnya dilakukan oleh kalangan laki-laki, baik orang tua, remaja, bahkan belakangan ini anak-anak usia sekolah dasar pun sudah mulai menggeluti tajen. Bermacam-macam istilah atau sebutan yang diberikan kepada sabung ayam di Bali ini seperti tajen, kelecan, gocekan, branangan, dan lain-lain. Namun demikian, istilah yang paling populer di masyarakat Bali ialah tajen.Tajen berasal dari kata taji ditambah akhiran an menjadi tajian. i dan a berasimilasi menjadi e yang berarti tajen. Pelaksanaan tajenbisa di mana saja dan biasanya dilaksanakan di tempat-tempat terbuka. Para pelakunya membentuk atau membuat sebuah kalangan (semacam arena tempat perjudian berbentuk persegi empat yang terbuat dari bambu) yang berfungsi sebagai tempat ayam-ayam aduan yang nantinya akan diadu