Penerapan Tlutur Dalam Pakeliran Wayang Kulit Gaya Yogyakarta Versi Ki Timbul Hadiprayitna, Ki Sutedjo, Ki Sugati, Dan Ki Margiono

Main Author: Anang Primantoro, 1110461012
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://digilib.isi.ac.id/1124/1/Bab%201.pdf
http://digilib.isi.ac.id/1124/2/Bab%202.pdf
http://digilib.isi.ac.id/1124/3/Bab%203.pdf
http://digilib.isi.ac.id/1124/4/Bab%204.pdf
http://digilib.isi.ac.id/1124/5/Lampiran.pdf
http://digilib.isi.ac.id/1124/
http://lib,isi,ac.id
Daftar Isi:
  • Tlutur adalah salah satu bentuk lagu, tembang, dan gending dalam karawitan. Tlutur digunakan dalam pakeliran wayang kulit maupun pakeliran ruwatan. Tlutur terdapat dalam sulukan, ayak-ayak, playon, dan sampak. Fungsi tlutur dalam pakeliran sebagai pendukung suasana sedih dalam suatu adegan. Dalam prosesi ruwatan tlutur digunakan sebagai ilustrasi ketika dalang membaca kidung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dan bersifat kualitatif yaitu mendeskripsikan dan menganalisis dasar pertimbangan penggunaan tlutur dalam karawitan pakeliran wayang kulit Gaya Yogyakarta. Pergelaran wayang kulit dalam satu malam dibagi menjadi tiga fase yang disebut dengan istilah patet, yaitu patet nem, sanga, dan manyura. Ada dua pendapat di kalangan seniman dalang tentang penerapan tlutur dalam pakeliran wayang kulit Gaya Yogyakarta. sebagian dalang selalu menggunakan tlutur laras slendro pathet sanga, meskipun saat pagelaran berlangsung masuk dalam fase patet nem atau manyura, sedangkan sebagian dalang lainnya menggunakan tlutur sesuai denga pathet yang sedang b erlangsung.