Hubungan antara well-being orangtua, pengasuhan otoritatif, dan perilaku bermasalah pada remaja awal di SMP X dan SMP Y Surabaya
Main Author: | Kristi, Alfonza Nugrahaning |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.wima.ac.id/9483/35/HALAMAN%20JUDUL-ABSTRACT.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/3/Bab%20I.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/4/Bab%20II.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/5/Bab%20III.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/6/Bab%20IV.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/7/Bab%20V-Daftar%20Pustaka.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/41/LAMPIRAN.pdf http://repository.wima.ac.id/9483/ |
Daftar Isi:
- Perilaku bermasalah sering terjadi pada remaja. Perilaku bermasalah sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu externalizing problem dan internalizing problem. Secara teoritis, munculnya perilaku bermasalah juga dipengaruhi oleh kondisi orangtua, di antaranya adalah well-being dan pengasuhan orangtua. Ketika orangtua memiliki well-being yang tinggi diduga hal ini akan memunculkan pengasuhan otoritatif yang diterapkan kepada remaja. Sebaliknya, ketika orangtua memiliki well-being yang rendah diduga orangtua akan menunjukkan kencenderungan yang rendah untuk menggunakan pengasuhan otoritatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji hubungan antara well-being orangtua, pengasuhan otoritatif, dan perilaku bermasalah pada remaja awal. Partisipan pada penelitian ini adalah 142 orangtua (ayah atau ibu) siswa SMP X dan Y di Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Skala yang digunakan adalah Pemberton Happiness Index, Parenting Style and Dimention Questionnaire dan Strength and Difficulties Questionnaire. Hasil analisis dengan Kendall’s Tau_b menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara well-being orangtua dengan pengasuhan otoritatif, antara pengasuhan otoritatif dengan perilaku bermasalah (total difficulties dan externalizing problem), dan antara well-being orangtua dengan externalizing problem. Sedangkan hubungan antara pengasuhan otoritatif dengan internalizing problem, serta antara hubungan antara well-being orangtua dengan perilaku bermasalah (total difficulties dan perilaku internalizing problem) tidak signifikan. Hal ini membuktikan bahwa peran orangtua menentukan kemunculan perilaku bermasalah pada remaja, khususnya externalizing problem. Selain memperhatikan kelemahan pada metodologi penelitian, penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku bermasalah pada remaja, khususnya perilaku internalizing problem, seperti pengasuhan otoriter dan permisif, temperamen dan jenis kelamin remaja.