Anomali dan teori hirarki pengaruh terhadap isi media

Main Author: Krisdinanto, Nanang
Format: Article PeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: FIKOM UKWMS , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.wima.ac.id/9239/1/nanang_komunikatif.pdf
http://repository.wima.ac.id/9239/
Daftar Isi:
  • Teori hirarki pengaruh terhadap isi media dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D Reese, yang menjelaskan pengaruh internal dan eksternal media terhadap isi pemberitaan. Keduanya membagi pengaruh tersebut ke dalam lima level. yaitu pengaruh individu pekerja media (individual level), rutinitas media (media routines level), organisasi media (organizational level), luar media (extra media level), dan Ideologi (ideology level). Teori ini menjadi penting dalam studi media karena isi media diasumsikan memiliki implikasi penting dalamm perubahan social. Teori ini juga menarik karena menawarkan perspektif alternatif dalam memahami isi media, yang sebelumnya lebih sering dilihat sebagai; sesuatu yang netral dalam melaporkan realitas, atau setidaknya dianggap menyajikan representasa yang fair tentang realitas (tanpa distorsi arau setidaknya dengan distorsi minimal). Dalam perspektif ini, media diasumsikan pasif sekadar medium (media as channels), yang hanya menyampaikan realitas apa adanya, bertumpu pada konsep-konsep positivistik seperti objektivitas, dan tidak membawa dampak pada perubahan social. Sebaliknya, Shoemaker dan Reece berangkat dari asumsi media berperan aktif membentuk realitas, media as participants, bahwa media tidak netral bahkan bisa memanipulasi realitas melalui penekanan atau penghilangan elemen-elemen tertentu dari realitas, dan memosisikan media massa sebagai agen perubahan sosial. Dengan asumsi ini, Shoemaker-Reece membawa teorinya sebagai alternatif atau bahkan kritik terhadap teori-teori media (jurnalistik) mainstream yang cenderung posivistik. Mengikuti kerangka berpikir Thomas Kuhn, teori ini bisa disebut sebagai jawaban atas terjadinya "anomali" ketika teori (jurnalistik, komunikosi massa) lama yang positivistik tidak mampu lagi menjelaskan gejala/fenomena.