Daftar Isi:
  • Maraknya isu LGBT di Indonesia diramaikan dengan pernyataan penolakan yang dikeluarkan oleh Menristek Dikti Indonesia terhadap kaum LGBT untuk tidak memasuki area kampus. Isu tersebut dimuat oleh beberapa media massa baik online maupun media massa, sebelum akhirnya dimuat oleh majalah Gatra. Dalam majalah Gatra pemberitaan isu tersebut terus berlanjut dan berkembang hingga muncul isu baru bahwa telah diadakannya aksi kampanye oleh kaum LGBT sebagai tindakan protes terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh Menristek Dikti. Mereka menilai pernyataan penolakan tersebut dapat menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi membenci keberadaan mereka dan berimbas menjadi tindak untuk memarjinalkan mereka sendiri. Setelah kampanye tersebut digelar di dua kota besar di Indonesia seperti Semarang dan Jakarta pada 7 Februari 2016 silam, Menristek kembali memberikan pernyataannya sebagai cara pengklarifikasian bahwa dia tidak menolak keberadaan kaum LGBT dan juga mengijinkan segala tindakan aktivitas yang bersifat edukasi dari kelompok-kelompok yang berbasis LGBT. Pemberitaan LGBT tersebut akan ditinjau dari segi penerimaan infoman yang terdiri dari enam mahasiswa Surabaya baik dari perguruan tinggi swasta dan negeri, dengan menggunakan metode reception analysis generasi pertama milik Stuart Hall decoding-encoding. Terdapat tiga pokok bahasan yaitu “LGBT Ditolak dan Dilarang di Indonesia”, “Perkembangan Kaum LGBT Dalam Memperjuangkan HAM” dan “LGBT Dianggap Sebagai Penyakit Menular”. Kemudian tiga pokok bahasan tersebut dimaknai oleh para informan. Para informan memberikan bentuk penerimaan mereka yang dibedakan kedalam tiga tipologi yaitu Dominant, Negotiate, dan Oppositional. Masing-masing bentuk penerimaan informan penelitian ini memiliki alasan kuat yang mendorong mengapa informan tersebut dapat memberikan pernyataan seperti latar belakang pendidikan, agama, dan pengalaman yang dimiliki masing-masing individu.