Daftar Isi:
  • Perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun terdiri dari perkembangan motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar, sedangkan perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot kecil. Di Indonesia, keterlambatan perkembangan pada anak diperkirakan sebesar 5-10%. Pencegahan keterlambatan ini dapat dilakukan sedini mungkindengan memberikan stimulasi dini pada anak secara berkelanjutan sesuai tahapan usia anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan stimulasi dini sensoris dengan perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu dengan anak berusia 2-3 tahun, berjumlah 20 yang keseluruhannya diambil sebagai sampel. Variabel independen adalah stimulasi dini sensoris oleh ibu sedangkan variabel dependen adalah perkembangan motorik anak. Alat ukurnya adalah kuesioner berskala likert untuk stimulasi dini sensoris oleh ibu, dan DDST II untuk perkembangan motorik anak. Dengan uji statistik korelasi Rank Spearmen didapat hubungan signifikan berkekuatan sedang dengan arah hubungan yang searah antar variabel stimulasi dini sensoris dengan perkembangan motorik anak. Semakin tinggi stimulasi dini sensoris oleh ibu, semakin tinggi perkembangan motorik anak. Stimulasi sensoris memiliki peran yang penting dalam membentuk dan meningkatkan perkembangan motorik anak. Oleh karena itu, stimulasi sensoris diberikan sedini mungkin sesuai usia dan perkembangan anak.