Daftar Isi:
  • Perawat setiap hari dihadapkan pada pekerjaan merawat manusia dalam keadaan sakit. Karakteristik dan kebutuhan pasien yang berbeda-beda, tuntutan pelayanan yang tinggi, sistem kerja shift, hadirnya program BPJS, dan dinamika lainnya sangat memungkinkan perawat untuk mengalami stress. Stress berkepanjangan yang tidak teratasi dengan baik dapat mengakibatkan burnout. Burnout adalah respons stress yang ditandai dengan kelelahan emosional, sinisme, dan penghargaan kinerja yang rendah. Resiliensi adalah salah satu kemampuan yang dianggap dapat membantu individu menghadapi hal-hal tidak menyenangkan dalam hidupnya, salah satunya adalah stress dalam menjalani pekerjaan sehari-hari. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk mencegah, meminimalkan, dan mengatasi segala dampak negatif dari hal buruk yang terjadi dalam dirinya. Dengan demikian, resiliensi dianggap mampu membantu perawat menghindarkan diri atau mengatasi burnout. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan melihat pengaruh resiliensi terhadap burnout perawat. Penelitian ini dilakukan di 2 rumah sakit swasta tipe B di Surabaya dengan partisipan penelitian (N = 165) adalah perawat aktif berumur dibawah 40 tahun dan telah bekerja selama minimal 2 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengukuran variabel burnout menggunakan Maslach Burnout Inventory (MBI) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sementara pengukuran variabel resiliensi menggunakan Skala Resiliensi yang dibuat peneliti. Data dianalisis menggunakan teknik analisis regresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, resiliensi terbukti memberikan sumbangan efektif terhadap burnout sebesar 10,5% dan pengaruh yang digambarkan dengan persamaan regresi Y = 62,304 – 0,721X. Secara deskriptif, didapatkan hasil bahwa 72% perawat memiliki tingkat burnout sangat rendah, 27% perawat memiliki tingkat burnout rendah, dan 1% perawat memiliki tingkat burnout sedang. Hasil ini diikuti dengan 56% perawat memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi, 42% perawat memiliki tingkat resiliensi tinggi, dan 2% perawat memiliki tingkat resiliensi sedang.