Prarencana Pabrik Dextrin dari ubi talas
Daftar Isi:
- Seiring dengan perkembangan jarnan, kebutuhan lem di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan lem perlu diimbangi dengan pengembangan teknologi tepat guna dalam pembuatan dextrin. Penggunaan ubi talas sebagai bahan baku dextrin dapat meningkatkan nilai ekonomis dari ubi talas itu sendiri karena selarna ini ubi talas hanya digunakan sebagai bahan makanan. Dextrin yang dihasilkan dari ubi talas adalah lebih putih dibandingkan dengan dextrin yang dihasilkan dari bahan baku lainnya. Dalarn pembuatan dextrin, ubi talas dikecilkan ukurannya sebelum dileaching pada suhu 30°C. Setelah itu dilakukan proses hidrolisis untuk menghidrolisa pati ubi talas dengan menarnbahkan larutan HCI yang berfungsi sebagai katalis sehingga dihasilkan dextrin, kemudian akan dinetralkan dengan menambahkan soda abu. Proses selanjutnya adalah mengeringkan larutan dextrin tersebut sehingga produk yang akan dijual berupa tepung. Perencanaan pabrik dextrin adalah sebagai berikut: Bahan baku utama: •Ubi Talas, diperlukan 60 ton/hari Kapasitas bahan baku: 60 ton/hari Kapasitas produksi dextrin: ± 2 ton/hari Utilitas : Air = 230,3514 m3/hari Listrik = 59 Kw/hari Bahan bakar = 0,2703 lb/jam Jumlah tenaga kerja : 114 orang Lokasi pabrik : Semarang, Jawa Tengah Luas tanah : 8.064 m2 Analisa ekonomi : Modal tetap (FCI): Rp 28.301.181.573 Modal kerja (WCI) : Rp 7.075.295.393 Biaya produksi total (TPC): Rp 82.664.913.719 Penjualan pertahun: Rp 89.996.395.500, -Laba bersih per tahun : Rp 4.745.150.658 Analisa secara linier: a. ROR ROR sebelum pajak = 20,72 % ROR sesudah pajak = 13,41 % b. POT POT Sebelum pajak = 3 tahun, 4 bulan POT Sesudah pajak = 4 tahun, 5 bulan c. BEP= 62,9 % Analisa secara metode Discounted Cash Flow a. ROR ROR sebelum pajak = 15,1 % ROR sesudah pajak = 2,57 % b. POT POT Sebelum pajak = 5 tahun 2 bulan POT Sesudah pajak = 6 tahun 6 bulan . c. BEP = 63,53 %