Daftar Isi:
  • Latar Belakang : Serumen obturans merupakan salah satu masalah kesehatan telinga yang dapat mengganggu fungsi pendengaran. Secara global World Health Organization memperkirakan terdapat 250 juta (4,2%) penduduk menderita gangguan pendengaran dengan serumen sebagai penyebab gangguan pendengaran. Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian serumen obturans pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Analitik Observasional melalui pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu probability sampling dengan simple random sampling. Analisis statistik menggunakan Chi-Square. Korelasi antar variabel dianggap bermakna jika didapatkan nilai P < 0,05. Hasil : Tingkat stres normal serumen obturan negative 31(91,2%) dan positive 3(8,8%), tingkat stres ringan serumen obturan negative 10(76,9%) dan positive 3(23,1%), tingkat stres sedang serumen obturan negative 7(70%) dan positive 3(30%), tingkat stres berat serumen obturan negative 6(60%) dan positive 4(40%) dan tingkat stres sangat berat serumen obturans negative 1(100%) dan positive sebanyak 0(0%). Dari data tersebut didapatkan nilai p = 0,179 yang dimana jika p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian serumen obturans pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian serumen obturans pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas katolik Widya Mandala Surabaya.