Hubungan indeks massa tubuh dengan risiko fraktur osteoporosis pada laki-laki dan perempuan usia 50-80 tahun berdasarkan FRAX® tool di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya
Daftar Isi:
- Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah yang identik dengan usia tua. Diketahui bahwa perempuan Indonesia empat kali lebih berisiko terkena osteoporosis dibandingkan pria, dan satu dari empat perempuan Indonesia berusia 50-80 tahun berisiko terkena osteoporosis. Beberapa penelitian menilai bahwa penurunan kepadatan tulang sering terjadi pada individu lansia dengan IMT dibawah 20kg/m2 dan diatas dari 25kg/m2. Oleh karena itu, IMT dijadikan sebagai faktor risiko osteoporosis. WHO bekerjasama dengan University of Sheffield membuat alat perhitungan untuk menilai risiko individu dan kemungkinan patah tulang osteoporosis dalam waktu 10 tahun yang disebut FRAX® tool. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko IMT dan risiko patah tulang osteoporosis major dan patah tulang panggul pada usia 50-80 tahun dengan FRAX® tool. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel dari penelitian ini adalah consecutive sampling, dimana setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dapat dijadikan sampel, sebanyak 37 responden laki-laki dan perempuan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil: Pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai IMT responden maka semakain kecil risiko patah tulang osteoporosis yang dimiliki serta didapatkan bahwa tidak hanya perempuan yang dapat mengalami risiko fraktur osteoporosis tetapi laki-laki juga dapat berisiko untuk mengalami fraktur osteoporosis. Kesimpulan: Penelitian ini terdapat korelasi bermakna antara nilai Indeks Massa Tubuh dengan risiko patah tulang osteoporosis berdasarkan perhitungan FRAX® tool pada laki-laki dan perempuan usia 50-80 tahun di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya (p= 0,048; p=0,018 dengan r=0,327; r =0,386).