Daftar Isi:
  • Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit dengan manifestasi klinis yang luas mulai dari asimptomatik hingga severe, sehingga menyebabkan adanya gejala COVID-19 yang berkepanjangan dan menetap atau disebut dengan long COVID syndrome. Prevalensi long COVID syndrome pada penyintas yang pernah dirawat inap saat infeksi akut diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan penyintas dengan rawat jalan. Gejala long COVID syndrome yang luas dapat menyebabkan perubahan kualitas hidup pada usia produktif. Tujuan: Menganalisis pengaruh derajat keparahan long COVID syndrome terhadap kualitas hidup penyintas COVID-19 usia 15-64 tahun. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 67 responden yang pernah dirawat inap di Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya saat fase infeksi akut. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner derajat keparahan long COVID syndrome dan kuesioner WHOQOL Bref. Hasil: Terdapat `pengaruh bermakna (p = 0,000) antara derajat keparahan long COVID syndrome dengan tingkat kualitas hidup aspek fisik (kekuatan korelasi -0,918), aspek mental (kekuatan korelasi -0,947), dan aspek sosial (kekuatan korelasi -0,949). Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antar derajat keparahan long COVID syndrome terhadap tingkat kualitas hidup penyintas COVID-19 usia produktif pada ketiga domain, yaitu aspek fisik, mental, dan sosial.